PENGERTIAN
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah
anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah
menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai
ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan
mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek
kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai
pelebaran pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di
sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh
darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh
darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken
kuswanto)
ETIOLOGI
Penyebab
pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1)
Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang
menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan
meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hipertensi
portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya
karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama
didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus
grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya
kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan
:
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh
darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga
darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen
meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana
gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan,
Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.
PATOFISIOLOGI
Pada
permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan
timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid
timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus
dan rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan
umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna
merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul
akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah
pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada
daerah tersebut dan nekrosis.
Pada dasarnya hemoroid di bagi
menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid
interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2.
Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid
interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut serabut
rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi
atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan
proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises
sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi setelah defekasi
selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan
dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat
ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak
dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti
infeksi dan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan
Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar
itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus
mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi
bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis
tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps
hemoroid.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid
eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk
akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah
hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul
adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua
tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid
eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit
anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama berupa :
Ø Perdarahan
melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Ø Prolaps
yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
Ø Nyeri
sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Ø Iritasi
kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Ø Anemia
yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
ü Pemeriksaan
fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok
dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur,
hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya
tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila
sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.
Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
ü Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat
hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk
mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur
vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit
maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih
nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam
anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
ü
Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan
untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses
keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja
atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
ü
Rontgen (colon inloop) atau
Kolonoskopy
ü Laboratorium
: - Eritrosit
- Leukosit
- Hb
KOMPLIKASI
Ø
Terjadinya perdarahan
Pada
derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya
jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid
dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila
hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang
lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering
tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan
sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
Ø
Terjadi trombosis
Karena
hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
Ø
Peradangan
Kalau
terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.
PENATALAKSANAAN MEDIS
1
) Operasi Herniadectomy
2
) Non operatif
Ø
Untuk derajat I dan II
· Diet tinggi serat untuk melancarkan
BAB.
· Obat – obat suposituria untuk
membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
· Anti biotik bila terjadi infeksi.
· Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara
mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid lalu mengecil ).
· “ Rubber Band Ligation “ yaitu
mengikat hemoroid dengan karet elastic kira – kira I minggu, diharapkan terjadi
nekrosis.
Ø
Untuk derajat III dan IV
Dapat dilakuakan
· Pembedahan
· Dapat dilakukan pengikatan atau
ligation.
· Dapat dilakukan rendam duduk.
· Dengan jalan suntikan”Sklerotika”
ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar) hemoroid interna yang kecil
sampai sedang.
Bila
seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus
di usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan
PK 1/10.000 selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam
hipertonik sehingga edema keluar dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua
minggu akan menjadi derajat III.
Pada
wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu
di adakan oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan
hilang. Bila ada perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru
di adakan tindakan defenitif.
3)
Terapi Bedah
Ø
Bedah Konvensional
Saat
ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat
utama. Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan
hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi
catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid
eksterna. Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika
mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan
dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi
mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit
dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup
secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang
dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari
eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil
terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler
ini yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3.
Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier
dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no
2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya
mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang
biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang
dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.
Ø
Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan
konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong,
pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak
banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri
berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak
saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali
karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf
tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser,
serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga
serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 –
14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan
antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa
dilakukan hanya dengan rawat jalan.
Ø
Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler.
Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong
di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas
dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa
dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler
dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan
di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid
tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan
memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan
yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka
suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis
dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi
anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal
karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat
sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah
sakit semakin singkat.
PENGKAJIAN
1. Identitas
pasien.
Nama :
Jenis kelamin : > pada Laki-laki
Agama :
Umur : 40 – 55 thn
Status :
Tanggal lahir :
Suku Bangsa :
2. Keluhan
utama.
Pasien datang dengan keluhan
perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat
defikasi.
3. Riwayat
penyakit.
v Riwayat
penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu
hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang
keluar menetes.
v Riwayat
penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh
atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan
terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.
4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan
metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan
dan minum sebelum dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan
peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah
yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada
aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan ilusi dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum
pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
5. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi
menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat tidur.
1.
Inspeksi
- Pada
insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
- Benjolan
tersebut terlihat pada saat prolapsi.
- Warna
benjolan terlihat kemerahan.
- Benjolan
terletak di dalam ( internal ).
2.
Palpasi
Dilakuakan
dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal
tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan
tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
6. Informasi penunjang.
ü Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl
- Lekosit 12-700 N : 4000 – 11.000
- Elektrolit :
1. K 2,8 N : 3,6 – 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 N : 135 – 155 mmol/L
3. Cl 107 N : 70 – 108 mmol/L
ü Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OPERATIF
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena
hemoroidalis.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah
anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena
hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan waktu BAB.
POST
OPERATIF
1. Gangguan
rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan pada luka
operasi dan terpasangnya cerobong anus.
2. Resiko
infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
3. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PRE OPERATIF
No.
|
Dx Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Konstipasi berhubungan dengan
pembesaran vena hemoroidalis.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan konstipasi teratasi.
KH:
a.Pola BAB normal (1-2x/minggu).
b.Konsistensi feses lunak.
c.Warna feses kuning.
d.Klien tidak takut untuk BAB.
e.Tidak ada nyeri pada saat BAB.
|
1.Berikan dan anjurkan minum
kurang lebih 2 liter/hari.
2.Berikan posisi semi fowler pada
tempat tidur.
3.Anjurkan mengkonsumsi makana
tinggi serat.
4.Auskultasi bunyi usus.
5.Hindari makanan yang membentuk
gas.
6.Kurangi / batasi makana seperti
produk susu.
7.Berikan laktasif sesuai program
dokter.
|
1.Mencegah dehidrasi secara oral.
2.Meningkatkan usaha evakuasi feses.
3.Makanan tinggi serat dapar melancarkan proses defekasi.
4.Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun
pada konstipasi.
5.Menurnnkan distres gastrik dan distensi abdomen.
6.Makanan ini diketahui sebagai penyebab konstipasi.
7.Membantu melancarkan proses defekasi.
|
2.
|
Nyeri berhubungan dengan adanya
hemoroid pada daerah anal.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri teratasi.
KH:
a.Wajah pasien tampak meringis.
b.Skala nyeri berkurang 0-3 atau
hilang.
c.Klien dapat istirahat tidur.
d.TTV Normal
TD: 100/80 mmHg
|
1.Berikan Posisi yang nyaman.
2.Berikan bantalan dibawah bokong
saat duduk.
3.Observasi tanda-tanda vital.
4.Ajarkan teknik untuk menguranyi
rasa nyeri seperti membaca, menarik nafas panjang, menonton TV, dll.
5.Berikan kompres dingin pada
daerah anus 3-4 jam dilanjutkan dengan
redam duduk hangat 3-4 x/hari.
6.Berikan lingkungan yang tenang.
7.Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik, pelunak feses dan dilakukan hemoroidectomi.
|
1.Minimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2.Meminimalkan tekanan di bawah bokong/meningkatkan
relaksasi.
3.Untuk menentukan intervensi selanjutnya.
4.Pengalihan perhatian melalui kegiatan-kegiatan.
5.Meningkatkan relaksasi.
6.Menurunkan ketidaknyamanan fisik.
7.Mengurangi nyeri dan menurunkan rangsang saraf simpatis
dan untuk mengangkat hemoroid.
|
3.
|
Perdarahan berhubungan dengan
pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan waktu BAB.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kekurangan nutrisi terpenuhi.
KH:
a.Konjungtiva klien merah muda.
b.Hb Normal (12-14 g/dl).
c.Tidak ada perdarahan v.hemoroid.
d.Dapat melakukan aktivitas
mandiri.
e.Klien tidak cepat lelah setelah
beraktivitas.
f.Aktifitas klien sudah tidak
dibantu oleh perawat.
|
1.Observasi TTV.
2.Monitor banyaknya perdarahan
klien.
3.Kaji ulang tingkat toleransi
aktifiitas klien.
4.Memandirikan klien dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
Kolaborasi:
1.Konsultasikan nutrisi untuk
klien dengan ahli gizi.
2.Berikan vitamin K dan B12 sesuai
indikasi.
3.Konsultasi dengan ahli gizi.
4.Berikan cairan IV.
|
1.Untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2.Untuk menentukan tingkat kehilangan cairan.
3.Untuk mengetahui tingkat kelemahan klien.
4.Mengurangi ketergantungan aktifitas klien dengan bantuan
perawat.
Kolaborasi:
1.Untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat pada klien.
2.Untuk membantu proses pembekuan darah dan Untuk
meningkatkan produksi sel darah merah.
3.Untuk menentukan diet yang tepat bagi klien.
4.Untuk menggantikan banyaknya darah yang hilang selama
perdarahan.
|
POST OPERATIF
1.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri pada
luka operasai berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan
terpasangnya cerobong anus.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam berkurangnya rasa nyeri pada daerah pasca
operasi.
KH:
a.tidak terdapat rasa nyeri pada
luka operasi
b.pasien dapat beraktivitas sesuai
kemampuan
c.sekala nyeri 0-3
d.klien tampak rileks
|
1. Beri posisi tidur yang
menyenangkan pasien.
2. Ganti balutan setiap pagi
sesuai tehnik aseptik
3. Latihan jalan sedini mungkin
4. Observasi daerah rektal apakah ada perdarahan
5. Berikan penjelasan tentang
tujuan pemasangan cerobong anus (untuk mengalirkan sisa-sisa perdarahan yang
di dalam bisa keluar)
6. Cerobong anus dilepas sesuai advice dokter |
1.Dapat
menurunkan tegangan abdomen
2.
Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan
basah bertindak sebagai penyerap kontaminasi eksternal
3. Menurunkan
masalah yang terjadi karena imobilisasi
4.
Perdarahan pada jaringan, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat
meningkatkan rasa nyeri
5. Pengetahuan
tentang manfaat cerobong anus dapat membuat pasien paham guna cerobong anus
untuk kesembuhan lukanya
6.
Meningkatkan fungsi fisiologis anus dan memberikan rasa nyaman pada daerah
anus pasien karena tidak ada sumbatan
|
2.
|
Resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam infeksi tidak terjadi.
KH:
a.tidak terdapat tanda-tanda
infeksi (dolor, kalor, rubor, tumor, fungsiolesa)
b.TTV Normal (TD: 120/80 mmHg, N:
96 x/menit, S: 36,7 OC, RR: 18 x/menit)
c.luka mengering
|
1. Observasi tanda vital
2. Observasi
balutan setiap 2 jam, periksa
terhadap perdarahan dan bau.
3. Ganti balutan dengan teknik aseptik
4. Bersihkan area perianal setelah
setiap defekasi
5. Berikan diet rendah serat dan
minum yang cukup
|
1. Respon
autonomik meliputi TD, respirasi, nadi yang berhubungan dengan keluhan /
penghilang nyeri . Abnormalitas tanda vital perlu di observasi secara lanjut
2.
Deteksi dini terjadinya proses infeksi dan / pengawasan penyembuhan luka
oprasi yang ada sebelumnya
3. Mencegah
meluas dan membatasi penyebaran luas infeksi atau kontaminasi silang
4. Mengurangi
/ mencegah kontaminasi daerah luka
5. Mengurangi
rangsangan pada anus dan mencegah mengedan pada waktu defekasi
|
3.
|
Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi perawatan dirumah.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat melakukan perawatan area anal
dirumah.
KH:
a.pasien mengerti tentang
perawatan dirumah
b.keluarga mengerti tentang proses
penyakit dan perawatannya
c.pasien menunjukkan wajah tengang
|
1. Diskusikan pentingnya
penatalaksanaan diet rendah sisa atau serat.
2. Demontrasikan perawatan area
anal dan minta pasien menguilanginya
3. Berikan rendam duduk
4. Bersihakan area anus dengan
baik dan keringkan seluruhnya setelah defekasi
|
1. Pengetahuan tentang diet
berguna untuk melibatkan pasien dalam merencanakan diet dirumah yang sesuai
dengan yang dianjurkan oleh ahli gizi
2. Pemahaman akan meningkatkan
kerja sama pasien dalam program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses
perbaikan terhadap penyakitnya
3. Meningkatkan kebersihan dan
kenyaman pada daerah anus (luka atau polaps)
4. Melindungi area anus terhadap
kontaminasi kuman-kuman yang berasal dari sisa defekasi agar tidak terjadi
infeksi
|
EVALUASI
1. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan konstipasi teratasi
2. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan nyeri yang dirasakan klien berkurang
3. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan perdarahan waktu BAB berkurang