Rabu, 25 November 2015

Hemoroid



Text Box: KONSEP DASARVertical Scroll: BAB 10 HEMOROID


PENGERTIAN
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah, walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)

ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

PATOFISIOLOGI
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1.  Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2.  Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.

1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.



2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama berupa :
Ø  Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Ø  Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
Ø  Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Ø  Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Ø  Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
ü  Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
ü  Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
      ü  Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
      ü  Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
ü  Laboratorium : - Eritrosit
-     Leukosit
-     Hb

KOMPLIKASI
Ø  Terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
Ø  Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
Ø  Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.

PENATALAKSANAAN MEDIS
1 ) Operasi Herniadectomy
2 ) Non operatif
Ø  Untuk derajat I dan II
·  Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.
·  Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.
·  Anti biotik bila terjadi infeksi.
·  Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid lalu mengecil ).
·  “ Rubber Band Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira – kira I minggu, diharapkan terjadi nekrosis.
Ø  Untuk derajat III dan IV
     Dapat dilakuakan
·  Pembedahan
·  Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.
·  Dapat dilakukan rendam duduk.
· Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar) hemoroid interna yang kecil sampai sedang.
Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK 1/10.000 selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik sehingga edema keluar dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi derajat III.
Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu di adakan oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila ada perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di adakan tindakan defenitif.
3)  Terapi Bedah
Ø  Bedah Konvensional
Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.
Ø  Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.
Ø  Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
Text Box: KONSEP ASKEP


PENGKAJIAN
      1. Identitas pasien.
Nama                                      :
Jenis kelamin                          : > pada Laki-laki
Agama                                    :
Umur                                      : 40 – 55 thn
Status                                      :
Tanggal lahir                           :
Suku Bangsa                           :
      2. Keluhan utama.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
      3. Riwayat penyakit.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.
4. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
5. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat tidur.
1. Inspeksi
-   Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
-   Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
-   Warna benjolan terlihat kemerahan.
-   Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.
6. Informasi penunjang.
ü  Pemeriksaan laboratorium
- Hb                14,3          N                 :      14-18 mg/dl
- Lekosit         12-700      N                 :      4000 – 11.000
- Elektrolit :
1.      K           2,8            N                           : 3,6 – 5,5 mmol/L
2.      Na         137,6        N                 : 135 – 155 mmol/L
3.      Cl          107           N                           : 70 – 108 mmol/L       

ü  Diagnostik
-   Kolonoscopy
-   Anoskopy

DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OPERATIF
1.  Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2.  Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan waktu BAB.

POST OPERATIF
1. Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong anus.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
PRE OPERATIF
No.
Dx Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan konstipasi teratasi.
KH:
a.Pola BAB normal (1-2x/minggu).
b.Konsistensi feses lunak.
c.Warna feses kuning.
d.Klien tidak takut untuk BAB.
e.Tidak ada nyeri pada saat BAB.
1.Berikan dan anjurkan minum kurang lebih 2 liter/hari.
2.Berikan posisi semi fowler pada tempat tidur.
3.Anjurkan mengkonsumsi makana tinggi serat.
4.Auskultasi bunyi usus.
5.Hindari makanan yang membentuk gas.
6.Kurangi / batasi makana seperti produk susu.
7.Berikan laktasif sesuai program dokter.
1.Mencegah dehidrasi secara oral.
2.Meningkatkan usaha evakuasi feses.
3.Makanan tinggi serat dapar melancarkan proses defekasi.
4.Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.
5.Menurnnkan distres gastrik dan distensi abdomen.

6.Makanan ini diketahui sebagai penyebab konstipasi.
7.Membantu melancarkan proses defekasi.










2.
Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri teratasi.
KH:
a.Wajah pasien tampak meringis.
b.Skala nyeri berkurang 0-3 atau hilang.
c.Klien dapat istirahat tidur.
d.TTV Normal
TD: 100/80 mmHg
1.Berikan Posisi yang nyaman.

2.Berikan bantalan dibawah bokong saat duduk.
3.Observasi tanda-tanda vital.
4.Ajarkan teknik untuk menguranyi rasa nyeri seperti membaca, menarik nafas panjang, menonton TV, dll.
5.Berikan kompres dingin pada daerah  anus 3-4 jam dilanjutkan dengan redam duduk hangat 3-4 x/hari.
6.Berikan lingkungan yang tenang.
7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, pelunak feses dan dilakukan hemoroidectomi.
1.Minimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
2.Meminimalkan tekanan di bawah bokong/meningkatkan relaksasi.
3.Untuk menentukan intervensi selanjutnya.
4.Pengalihan perhatian melalui kegiatan-kegiatan.
5.Meningkatkan relaksasi.
6.Menurunkan ketidaknyamanan fisik.
7.Mengurangi nyeri dan menurunkan rangsang saraf simpatis dan untuk mengangkat hemoroid.
3.
Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan waktu BAB.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kekurangan nutrisi terpenuhi.
KH:
a.Konjungtiva klien merah muda.
b.Hb Normal (12-14 g/dl).
c.Tidak ada perdarahan v.hemoroid.
d.Dapat melakukan aktivitas mandiri.
e.Klien tidak cepat lelah setelah beraktivitas.
f.Aktifitas klien sudah tidak dibantu oleh perawat.
1.Observasi TTV.
2.Monitor banyaknya perdarahan klien.
3.Kaji ulang tingkat toleransi aktifiitas klien.
4.Memandirikan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Kolaborasi:
1.Konsultasikan nutrisi untuk klien dengan ahli gizi.
2.Berikan vitamin K dan B12 sesuai indikasi.
3.Konsultasi dengan ahli gizi.
4.Berikan cairan IV.
1.Untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2.Untuk menentukan tingkat kehilangan cairan.
3.Untuk mengetahui tingkat kelemahan klien.
4.Mengurangi ketergantungan aktifitas klien dengan bantuan perawat.
Kolaborasi:
1.Untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang tepat pada klien.
2.Untuk membantu proses pembekuan darah dan Untuk meningkatkan produksi sel darah merah.
3.Untuk menentukan diet yang tepat bagi klien.
4.Untuk menggantikan banyaknya darah yang hilang selama perdarahan.

POST OPERATIF
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasai berhubungan dengan adanya jahitan pada luka operasi dan terpasangnya cerobong anus.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam berkurangnya rasa nyeri pada daerah pasca operasi.
KH:
a.tidak terdapat rasa nyeri pada luka operasi
b.pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan
c.sekala nyeri 0-3
d.klien tampak rileks
1. Beri posisi tidur yang menyenangkan pasien.
2. Ganti balutan setiap pagi sesuai tehnik aseptik
3. Latihan jalan sedini mungkin
4. Observasi daerah rektal apakah ada perdarahan
5. Berikan penjelasan tentang tujuan pemasangan cerobong anus (untuk mengalirkan sisa-sisa perdarahan yang di dalam bisa keluar)
6. Cerobong anus dilepas sesuai advice dokter
1.Dapat menurunkan tegangan abdomen
2. Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah bertindak sebagai penyerap kontaminasi eksternal
3. Menurunkan masalah yang terjadi karena imobilisasi
4. Perdarahan pada jaringan, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat meningkatkan rasa nyeri
5. Pengetahuan tentang manfaat cerobong anus dapat membuat pasien paham guna cerobong anus untuk kesembuhan lukanya
6.    Meningkatkan fungsi fisiologis anus dan memberikan rasa nyaman pada daerah anus pasien karena tidak ada sumbatan
2.
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam infeksi tidak terjadi.
KH:
a.tidak terdapat tanda-tanda infeksi (dolor, kalor, rubor, tumor, fungsiolesa)
b.TTV Normal (TD: 120/80 mmHg, N: 96 x/menit, S: 36,7 OC, RR: 18 x/menit)
c.luka mengering
1. Observasi tanda vital
2. Observasi
balutan setiap 2 jam, periksa terhadap perdarahan dan bau.
3. Ganti balutan dengan teknik aseptik
4. Bersihkan area perianal setelah setiap defekasi
5. Berikan diet rendah serat dan minum yang cukup
1. Respon autonomik meliputi TD, respirasi, nadi yang berhubungan dengan keluhan / penghilang nyeri . Abnormalitas tanda vital perlu di observasi secara lanjut
2. Deteksi dini terjadinya proses infeksi dan / pengawasan penyembuhan luka oprasi yang ada sebelumnya
3. Mencegah meluas dan membatasi penyebaran luas infeksi atau kontaminasi silang
4. Mengurangi / mencegah kontaminasi daerah luka
5. Mengurangi rangsangan pada anus dan mencegah mengedan pada waktu defekasi
3.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi perawatan dirumah.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat melakukan perawatan area anal dirumah.
KH:
a.pasien mengerti tentang perawatan dirumah
b.keluarga mengerti tentang proses penyakit dan perawatannya
c.pasien menunjukkan wajah tengang
1. Diskusikan pentingnya penatalaksanaan diet rendah sisa atau serat.
2. Demontrasikan perawatan area anal dan minta pasien menguilanginya
3. Berikan rendam duduk
4. Bersihakan area anus dengan baik dan keringkan seluruhnya setelah defekasi
1. Pengetahuan tentang diet berguna untuk melibatkan pasien dalam merencanakan diet dirumah yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh ahli gizi
2. Pemahaman akan meningkatkan kerja sama pasien dalam program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan terhadap penyakitnya
3. Meningkatkan kebersihan dan kenyaman pada daerah anus (luka atau polaps)
4. Melindungi area anus terhadap kontaminasi kuman-kuman yang berasal dari sisa defekasi agar tidak terjadi infeksi


EVALUASI
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan konstipasi teratasi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri yang dirasakan klien berkurang
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan perdarahan waktu BAB berkurang