PENGERTIAN
Hepatoma atau karsinoma
hepatoseluler adalah tumor ganas hati primer yang paling sering ditemukan
daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma,
dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga
hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah
satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007). Hepatoma
biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan
komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko
penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. Kebiasaan
merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum
minuman keras.
ETIOLOGI
Belum diketahui penyebab penyakit
ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler di
Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirosis
hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus
C dan semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko
tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini.
Selain itu timbulnya hepatoma bisa
dipicu oleh bahan-bahan Hepatokarsinogenik seperti aflatoksin, alkohol,
penggunaan steroid anabolic, penggunaan androgen yang berlebihan, bahan
kontrasepsi oral, penimbunan zat besi yang berlebihan dalam hati
(hemochromatosis).
PATOFISIOLOGI
Kanker hati biasanya dengan riwayat
infeksi virus hepatitis B dan C atau penyakit hati kronik misalnya sirosis dan
terpajan oleh karsinogen-karsinogen seperti aflatoksin. Kanker hati primer
dapat berasal dari hepatosit (kasinoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu.
Kanker hati sekunder timbul akibat metastasis kanker di bagian tubuh lain
misalnya usus dan pancreas yang mengalirkan darahnya ke hati melalui vena
porta. Kanker hati primer dan sekunder sering bermetastasis keluar hati terutama
jantung dan paru-paru.
MANIFESTASI
KLINIS
a. BB menurun
b. Lemah
c. Badan kuning
d. Anemia
e. Asites
f. Edema
g. Nyeri pada kuadran kanan atas
h. Hepatomegali
i.
Demam
j.
Peningkatan enzim hati (SGOT, SGPT)
k. Peningkatan kecepatan sedimentasi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium :
Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK,
Alfa fetoprotein ³ 500 mg/dl, HbsAg positf dalam
serum, Kalium, Kalsium.
b. Radiologi : Ultrasonografi (USG), CT-Scan,
Thorak foto, Arteriography, Angiografi Hepatik, Skintigrafi Hepatik
c. Biopsi jaringan hati dilakukan
dengan tuntunan USG atau laparoskopi
PENATALAKSANAAN
Pemilihan terapi kanker hati ini
sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi dan biopsi. Sebelum
ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker, lokasi
kanker di bagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak
(multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker
sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke
tempat lain di dalam tubuh penderita, ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam
vena porta dan apakah sudah ada sirosis hati. Tahap penatalaksanaan dibagi
menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan bedah.
a)
Tatalaksana Non Bedah
Meskipun
reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberapa pasien, sirosi yang mendasari
keganasan penyakit ini akan meningkatkan resiko pada saat dilakukan pembedahan.
Terapi radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani penyakit malignan
hati dengan derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat
memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kualitas hidup pasien
dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman, namun efek
utamanya masih bersifat paliatif. Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah
yaitu terapi radiasi, kemoterapi, dan drainase bilier perkutan.
Pada
terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan
terapi radiasi pada 70% dan 90 % penderita. Gejala anorexia, kelemahan dan
panas juga berkurang dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus
Etanol Injeksi = PEI), ada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga
menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak
mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan
satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek
samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan.
Kemoterapi
telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang
kelangsungan hidupnya. Bentuk terapi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi
ajufan setelah dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi
infuse regional merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat
antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metastasis tumor hati.
Drainase
Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk melakukan pintasan
saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu
pada pasien tumor yang tidak dapat dioperasi atau pada pasien yang dianggap
beresiko. Dengan bantuan fluoroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding
abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam duodenum. Prosedur ini dikerjakan
untuk membentuk kembali system drainase bilier, mengurangi tekanan serta rasa
nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan meredakan gejala pruritus
serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa lebih nyaman, dan
kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selama beberapa hari
setelah dipasang, kateter tersebut dibuka untuk drainase eksternal. Cairan
empedu yang mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah,
warna dan adanya darah serta debris (Brunner & Suddarth, 2002).
b)
Tatalaksana Bedah
Lobektomi hati untuk penyakit kanker
dapat sukses dikerjakan apabila tumor primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus
metastasis, apabila lokasi-lokasi primernya dapat dieksisi seluruhnya dan
metastasis terbatas. Meskipun demikian, metastasis kedalam hati jarang bersifat
terbatas atau soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk
beregenerasi, sebagian dokter bedah telah melakukan pengangkatan 90% dari organ
hati dengan hasil yang baik. Meskipun demikian, adanya sirosis akan membatasi
kemampuan hati untuk beregenerasi.
Transplantasi
hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan menggantikan hati yang
sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati yang baru
dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier
mendekati keadaan normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatasi
penyakit hati stadium-terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk
terapi yang lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan transplantasi
tergantung keberhasilan terapi imunosupresi. (Brunner & Suddarth, 2002).
PROGNOSA
Tumor
ganas memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya kematian
dan proses ini berlangsung antara 2 - 6 bulan atau beberapa tahun.
Fase dini : Dengan tindakan operasi
berupa reseksi dari tumor prognosa baik,
penderita dapat hidup dalam waktu yang cukup lama.
Fase
lanjut : Dimana tindakan tidak mempunyai arti lagi, kematian dapat terjadi
dalam 2-6 bulan setelah diagnosa ditegakkan.
PENGKAJIAN
A. Biodata
Pengkajian
ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status social ekonomi,
adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan
menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
B. Riwayat
Kesehatan
Keluhan
utama : Adanya
pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa menimbulkan
keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri
abdomen.
1. Riwayat penyakit
sekarang
Riwayat penyakit sekarang dapat
diperoleh melalui orang lain atau dengan
klien itu sendiri.
2. Riwayat
penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu dikaji
untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang pernah diderita oleh klien.
3. Riwayat
penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga dikaji
untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah dialami oleh anggota keluarga.
C. Pemeriksaan
Fisik
Gejala
klinik
Fase dini
: Asimtomatik
Fase
lanjut : Tidak dikenal simtom yang patognomonik
Keluhan
berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa
penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke
tulang penderita mengeluh nyeri tulang.
Pada
pemeriksaan fisik bisa didapatkan :
1.
Ascites
2.
Ikterus
3.
Splenomegali, edema
Secara umum pengkajian pada klien
dengan kasus Hepatoma, meliputi :
·
Gangguan metabolisme
·
Perdarahan
·
Asites
·
Edema
·
Hipoalbuminemia
·
Jaundice/icterus
·
Komplikasi endokrin
·
Aktivitas terganggu akibat pengobatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan
yang sering muncul adalah :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan
berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan
diafragma)
2. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen
berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)
3. Gangguan nutrisi : Kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan sesak dan nyeri
5. Gangguan aktifitas berhubungan
dengan sesak dan nyeri
6. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
INTERVENSI KEPERAWATAN
a.
Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakefektifan pernapasan
berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan
diapragma).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan
pernapasan efektif kembali.
Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 – 24 X/menit. Hasil Lab
BGA Normal.
Intervensi :
1. Pertahankan posisi semi fowler.
Rasional : Posisi ini memungkinkan tidak terjadinya
penekanan isi perut terhadap diafragma sehingga meningkatkan ruangan untuk
ekspansi paru yang maksimal. Disamping itu posisi ini juga mengurangi peningkatan
volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara.
2. Observasi gejala kardinal dan
monitor tanda – tanda ketidakefektifan jalan napas.
Rasional : Pemantauan lebih dini terhadap perubahan yang
terjadi sehingga dapat diambil tindakan penanganan segera.
3. Berikan penjelasan tentang penyebab
sesak dan motivasi untuk membatasi aktivitas.
Rasional : Pengertian klien akan mengundang partispasi klien
dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.
4. Kolaborasi dengan tim medis (dokter)
dalam pemberian Oksigen dan pemeriksaan Gas darah.
Rasional : Pemberian oksigen akan membantu pernapasan
sehingga eskpasi paru dapat maksimal. Pemeriksaan gas darah untuk mengetahui
kemampuan bernapas.
b.
Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan
cairan dalam rongga abdomen (ascites).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakkan keperawatan diharapakn nyeri dapat berkurang atau Pasien
bebas dari nyeri.
Kriteria : Tidak mengeluh nyeri abdomen, tidak meringis, Nadi 70 – 80
x/menit.
Intervensi :
1. Lakukan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesik.
Rasional : Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam
mencapai sistim saraf sentral.
2. Atur posisi klien yang enak sesuai
dengan keadaan.
Rasional : Dengan posisi miring ke sisi yang sehat
disesuaikan dengan gaya gravitasi, maka dengan miring kesisi yang sehat maka
terjadi pengurangan penekanan sisi yang
sakit.
3. Awasi respon emosional klien
terhadap proses nyeri.
Rasional : Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan
klien untuk menangani nyeri.
4. Ajarkan teknik pengurangan nyeri
dengan teknik distraksi.
Rasional : Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan
perhatian sehingga mengurangi emosional dan kognitif.
5. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan
c.
Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan nutrisi : Kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya asupan nutrisi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria : Kriteria berat badan naik, klien mau mengkonsumsi makanan
yang disediakan.
Intervensi :
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian vitamin.
Rasional : Dengan pemberian vitamin membantu proses
metabolisme, mempertahankan fungsi berbagai jaringan dan membantu pembentukan
sel baru.
2. Jelaskan pada klien tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh dan diit yang ditentukan dan tanyakan kembali apa
yang telah dijelaskan.
Rasional : Pengertian klien tentang nutrisi mendorong klien
untuk mengkonsumsi makanan sesuai diit yang ditentukan dan umpan balik klien tentang penjelasan merupakan tolak ukur
penahanan klien tentang nutrisi.
3. Bantu klien dan keluarga
mengidentifikasi dan memilih makanan yang mengandung kalori dan protein tinggi.
Rasional : Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan
yang telah ditentukan.
4. Sajikan makanan dalam keadaan
menarik dan hangat.
Rasional : Dengan penyajian yang menarik diharapkan dapat
meningkatkan selera makan.
5. Anjurkan pada klien untuk menjaga
kebersihan mulut.
Rasional : Dengan kebersihan mulut menghindari rasa mual
sehingga diharapkan menambah rasa.
6. Monitor kenaikan berat badan.
Rasional : Dengan monitor berat badan merupakan sarana untuk
mengetahui perkembangan asupan nutrisi klien.
d.
Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan istirahat tidur berhubungan
dengan sesak dan nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapakan tidur
terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kriteria : klien mengatakan sudah dapat tidur.
Intervensi :
1. Lakukan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian oksigen dan analgesic.
Rasional : Dengan penambahan suplay O2 diharapkan
sesak nafas berkurang sehingga klien dapat
istirahat.
2. Beri suasana yang nyaman pada klien
dan beri posisi yang menyenangkan yaitu kepala lebih tinggi
Rasional : Suasana yang nyaman mengurangi rangsangan
ketegangan dan sangat membantu untuk bersantai dan dengan posisi lebih tinggi
diharapkan membantu paru – paru untuk melakukan ekspansi optimal.
3. Berikan penjelasan terhadap klien
pentingnya istirahat tidur.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi
untuk memenuhi kebutuhan istirahat sesuai dengan kebutuhan.
4. Tingkat relaksasi menjelang tidur.
Rasional : Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan
pikiran lebih tenang.
5. Bantu klien untuk melakukan
kebiasaannya menjelang tidur.
Rasional : Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien
mempermudah klien untuk beradaptasi dengan lingkungan.
e.
Diagnosa Keperawatan 5 : Gangguan aktifitas berhubungan
dengan sesak dan nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
perawatan diharapkan klien dapat
melakukan aktivitas dengan bebas.
Kriteria : Klien dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri.
Intervensi :
1. Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap.
Rasional : Dengan latihan secara bertahap klien dapat
melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
2. Latih klien dalam memenuhi kebutuhan
dirinya.
Rasional : Diharapkan ada upaya menuju kemandirian.
3. Ajarkan pada klien menggunakan
teknik relaksasi yang merupakan salah satu teknik pengurangan nyeri.
Rasional : Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan
persendian dengan optimal.
4. Jelaskan tujuan aktifitas ringan.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif.
5. Observasi reaksi nyeri dan sesak
saat melakukan aktifitas.
Rasional : Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini
dapat meningkatkan rasa nyeri.
6. Anjurkan klien untuk mentaati terapi
yang diberikan.
Rasional : Diharapkan klien dapat kooperatif.
f.
Diagnosa Keperawatan 6 : Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit yang
diderita.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan cemas
berkurang.
Kriteria : Klien tenang, klien mampu
bersosialisasi.
Intervensi :
1. Berikan dorongan pada klien untuk
mendiskusikan perasaannya mengemukakan persepsinya tentang kecemasannya.
Rasional : Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan
memahami keadaan diri yang sebenarnya.
2. Jelaskan pada klien setiap melakukan
prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis.
Rasional : Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan
mengurangi kecemasan klien.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk
penjelasan tentang penyakitnya.
Rasional : Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah
kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang.
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
Implementasi / pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit
hepatoma dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan perawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang telah
direncanakan oleh perawat maupun hasil kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya serta memperhatikan kondisi dan keadaan
klien.
EVALUASI
Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan
dengan melihat respon klien, mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini
merupakan proses yang menentukan sejauah mana tujuan telah tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar