Rabu, 25 November 2015

Trauma Abdomen



Text Box: KONSEP DASARVertical Scroll: BAB 7 TRAUMA ABDOMEN



Description: http://www.radiologyassistant.nl/data/bin/a5097977b370e9_TEK-lever-trauma.jpg

PENGERTIAN
Trauma Abdomen adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995). Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).

KLASIFIKASI TRAUMA ABDOMEN
Trauma abdomen berdasarkan mekanismenya dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1.      Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
Disebabkan oleh :
-          Luka akibat terkena tembakan.
-          Luka akibat tikaman benda tajam.
-          Luka akibat tusukan.
2.      Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
-          Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh.
-          Hancur (tertabrak mobil).
-          Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut.
-          Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga.

Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1.      Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2.      Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
1.      Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding abdomen.
2.      Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3.      Cedera thorak abdomen.
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

ETIOLOGI TRAUMA ABDOMEN
Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian. Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah, sebagai berikut :
Penyebab trauma penetrasi :
-          Luka akibat terkena tembakan.
-          Luka akibat tikaman benda tajam.
-          Luka akibat tusukan
Penyebab trauma non-penetrasi :
-          Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh.
-          Hancur (tertabrak mobil).
-          Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut.
-          Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dari trauma abdomen sesuai dengan mekanismenya adalah sebagi berikut.
1.      Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
- Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
- Respon stres simpatis.
- Perdarahan dan pembekuan darah.
- Kontaminasi bakteri.
- Kematian sel.
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
- Kehilangan darah.
- Memar/jejas pada dinding perut.
- Kerusakan organ-organ.
- Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
- Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).

Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri : Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan : Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragm : Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) : Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.

PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan  dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :
· Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
· Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
· Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.

Pohon masalah:
Trauma
(kecelakaan)
Penetrasi & Non-Penetrasi
Terjadi perforasi lapisan abdomen
(kontusio, laserasi, jejas, hematom)
Menekan saraf peritonitis
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen     Nyeri
Motilitas usus
Disfungsi usus     Resiko infeksi
Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan dan elektrolitdan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kelemahan fisik
Gangguan mobilitas fisik
(Sumber : Mansjoer,2001)
MANIFESTASI KLINIS
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
1.    Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
-          Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen.
-          Terjadi perdarahan intra abdominal.
-          Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
-          Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
-          Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen.
2.    Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
-          Terdapat luka robekan pada abdomen.
-          Luka tusuk sampai menembus abdomen.
-          Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan/memperparah keadaan.
-          Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
2. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
3. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
4. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran kencing.
5. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
6. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).

KOMPLIKASI
Segera                         : hemoragi, syok, dan cedera.
Lambat            : infeksi (Smeltzer, 2001).

DAMPAK PADA BERBAGAI SISTEM TUBUH
Setiap musibah yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan dampak masalah baik bio - psiko- social-spiritual yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perubahan pola kehidupan. Dampak dari pre operasi :
a.    Dampak pada fisik :
• Pola Pernapasan : Keadaan ventilasi pernapasan terganggu jika terdapat gangguan instabilitasi cardiovaskuler, respirasi dan kelainan – kelainan neurologis akibat multiple trauma.
Penyebab yang lain adalah perdarahan didalam rongga abdominal yang menyebabkan distended sehingga menekan diafragma yang akan mempengaruhi ekspansi rongga thoraks.
• Pada sirkulasi : Perdarahan dalam rongga abdomen karena cidera dari oragan – organ abdominal yang padat maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga tubuh kehilangan darah dalam waktu singkat yang mengakibatkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup mengisi rongga pembuluh darah.
• Perubahan perfusi jaringan : Penurunan perfusi jaringan disebabkan karena suplai darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akibat dari shock hipovolemic.
• Penurunan Volume cairan tubuh : Perdarahan akut akan mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan intra celluler (ICF), Extracelluler (ECF) diantaranya adalah cairan yang berada di dalam pembuluh darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF) akan mengalami defisit atau hipovolemia.
•Kerusakan Integritas kulit : Trauma benda tumpul dan tajam akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan kulit atau yang dibagian dalamnya diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan otot didaerah trauma.
b.    Dampak Psikologis
Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan karena musibah yang dialaminya dan kurangnya informasi tentang tindakan pengobatan dengan jalan pembedahan / operasi.
c. Dampak Sosial
Mengingat dana yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat – obatan yang cukup tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang amat segera (sempit).

MANAJEMEN MEDIK
1.       Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasi.
2.       Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi masif.
a.    Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.
b.     Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
c.     Gunting baju dari luka.
d.    Hitung jumlah luka.
e.    Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3.        Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.
4.        Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan.
a.   Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka dada
b.   Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan memperbaiki     dinamika sirkulasi.
c.   Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal.
d.   Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat perdarahan.
5.       Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
6.       Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah kekeringan visera.
a.   Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
b.   Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan muntah
7.       Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
8.        Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.
9.        Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
10.    Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.
11.    Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan
a.    Jahitan dilakukan disekeliling luka.
b.   Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.
c.   Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah penetrasi
       peritonium telah dilakukan.
12.    Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).
13.    Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria.
14.    Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.
 Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
15.    Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut) (FKUI, 1995).
Text Box: KONSEP ASKEP


PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh. Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi :
a.       Trauma tembus abdomen
Dapat riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan / tembakan ; kekuatan tumpul (pukulan).
- Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk, memar, dan tempat keluarnya peluru.
- Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehinggga perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah tanda awal keterlibatan intraperitonel ; jika ada tanda iritasi peritoneum  biasanya dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen).
- Kaji pasien untuk progesi distensi abdomen, gerakan melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok.
- Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen, observasi cedera yang berkaitan.
Catat semua tanda fisik selama pemeriksan pasien.
b.      Trauma tumpul abdomen
Dapat riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan, tidak akurat, atau salah) dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-hal sebagai berikut :
Metode cedera, waktu awitan gejala, lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderia ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan, waktu makan atau minum terakhir, kecenderungan perdarahan, penyakit dan medikasi terbaru, riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus, alergi, lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk mendeteksi masalah yang mengancam kehidupan. (Keperawatan Mediakl Bedah : Brunner dan Suddarth, hal. 2476 – 2477).

Penatalaksanaan
-       Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan, sirkulasi) sesuai indikasi.
-       Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi masif.
a.     Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan serta sistem saraf.
b.    Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher didapatkan.
c.     Gunting baju dari luka.
f.      Hitung jumlah luka.
g.    Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
-       Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami trauma.
-       Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan dilakukan.
a.     Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan bendungan luka dada
b.    Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat dan memperbaiki     dinamika sirkulasi.
c.     Perhatikan kejadian syoksetelah respons awal terjadi terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya perdarrahan internal.
d.    Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi tempat perdarahan.
-       Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
-       Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan salin basah untuk mencegah nkekeringan visera.
a.     Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
b.    Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltik dan muntah
-       Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
-       Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital, haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.
-       Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
-       Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.
-       Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan
a.     Jahitan dilakukan disekeliling luka.
b.    Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka
c.     Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x menunjukkan apakah penetrasi
       peritonium telah dilakukan
-       Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi. trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi nosokomial).
-       Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma, eviserasi, atau hematuria.
-       Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.
 Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar (perdarahan)
.
-       Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan bebas dalam rongga perut) (FKUI, 1995)

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006) adalah
1.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk
2.      Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
3.      Nyeri akut berhubungan dengan trauma / diskontinuitas jaringan.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan / tahanan.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994).

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan trauma abdomen (Wilkinson, 2006) meliputi :
NO
Diagnosa Keperawatan
NOC
Intervensi
Implementasi
1
Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan laparatomi
Setelah dilakukan perawatan diharapkan mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai dengan Kriteria
Kriteria Hasil:
- Tidak ada tanda
   tanda infeksi seperti pus.
- Luka bersih tidak
  lembab dan tidak
  kotor.
- Tanda-tanda vital
  Dalam batas normal
  atau dapat
  ditoleransi

- Kaji kulit dan   
  identifikasi pada
  tahap perkembangan
  luka
- Kaji lokasi, ukuran,
  warna, bau, serta
  jumlah dan tipe
  cairan  luka
- Pantau peningkatan
  suhu tubuh


- Berikan perawatan
  luka dengan tehnik
  aseptik. Balut luka
  dengan kasa kering 
  dan steril, gunakan
  plester kertas
- Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement
- Setelah
  debridement,
  ganti balutan sesuai
  kebutuhan.





- Kolaborasi 
  pemberian
  antibiotik sesuai
  indikasi
- Mengetahui sejauh
   mana perkembangan
   luka  mempermudah
   dalam  melakukan
   tindakan yang tepat
- Mengidentifikasi
  tingkat keparahan luka
  akan mempermudah
  intervensi.
- Suhu tubuh yang
  Meningkat dapat
 diidentifikasikan
 sebagai adanya proses peradangan
- Tehnik aseptik membantu
   mempercepat penyembuhan
   luka dan mencegah terjadinya infeksi.
- Agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak
   Menyebar  luas pada area kulit normal
   lannya.
- Balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
kondisi parah / tidaknya luka,  agar tidak terjadi infeksi
- Antibiotik berguna untuk                              mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
2
Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
Infeksi tidak terjadi / terkontrol
Kriteria hasil :
 - Tidak ada tanda-   
    Tanda infeksi seperti pus
- Luka bersih tidak
   lembab dan tidak
   kotor.
- Tanda-tanda vital
  dalam batas normal
  atau dapa ditoleransi.

- Pantau tanda-tanda vital


- Lakukan perawatan luka dengan teknik asseptik.
-Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, darinase luka, dll.
-Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit
-Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutamabila suhu tubuh meningkat
- Mengendalikan penyebaran mikroorganisme pathogen
- Untuk mengurangi resiko infeksi nosokomial.


- Penurunan Hb dan
peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi
- Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
3
Nyeri akut berhubungan dengan trauma / diskontinuitas jaringan.


Nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria Haasil :
- Nyeri berkurang atau         
   hilang
- Klien tampak tenang
    Intervensi dan
- Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
-Kaji tingkat intensitas dan frekwensi.
-Jelaskan pada klien     penyebab dari nyeri
-Observasi tanda-tanda vital
- Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
Merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.
- Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
-Kaji tingkat intensitas dan frekwensi.
-Jelaskan pada klien     penyebab dari nyeri


-Observasi tanda-tanda vital
- Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
Merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

4
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
Kriteria Hasil:
- Perilaku menampakan
    kemampuan untuk
    memenuhi kebutuhan
    diri
- Pasien
  mengungkapkan
  mampu untuk
  melakukan
  beberapa aktivitasnya
  tanpa dibantu.
- Koordinasi otot,
  Tulang dana nggota
 gerak lainnya baik.

- Rencana periode istirahat yang cukup





- Berikan latihan aktivitas secara bertahap.






- Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan..
-Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien
- Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal.
- Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenagab namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
- Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali
- Menjaga kemungkinan    adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.







EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan trauma abdomen adalah :
1. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
2. Infeksi tidak terjadi / terkontrol
3. Nyeri dapat berkurang atau hilang
4. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar