BAB
5 INFEKSI JANTUNG
KONSEP TEORI
Infeksi
Jantung
Pada orang dewasa, besar jantung kira-kira sebesar kepalan
tangan yang bersangkutan, berat saat lahir adalah 24gr, perempuan dewasa
230-280gr, laki laki dewasa 280-340gr. Jantung terletak miring di dalam
mediastinum medius,sesuai dengan arah axis kordis. Axis kordis adalah sumbu
khayalan jantung yang berjalan miring dari kanan atas belakang ke kiri bawah
depan. Dinding masing-masing ventriculus jantung terdiri dari tiga lapisan:
1. Endocardium, lapisan dalam yang
melapisi ventriculus jantung dan katupnya
- Myocardium, lapisan tengah yang dibentuk oleh serabut otot jantung.
- Epicardium, lapisan luar yang dibentuk oleh lamina visceralis pericardium serosum.
Jantung dibungkus oleh pericardium parietale dan pericardium viscerale. Diantara kedua pericardiac terdapat
cavum pericardii. Jantung juga terbagi atas empat ruangan, dua atrium(ka-ki)
dan dua ventrikel(ka-ki), kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang dinamakan
septum inter atriorum dan kedua ventrikel dibatasi sekat yang dinamakan septum
intervenriculare. Pengaturan intrinsic dari pompa jantung menggunakan hukum
frank-starling yang berbunyi: dalam batas batas fisiologis, jantung akan
memompa semua darah yang masuk tanpa membiarkan adanya bendungan darah yang
berlebihan di dalam vena.
Penyakit pada jantung ini dibagi menjadi 3 yaitu:
1.
Perikarditis
2.
Miokarditis
3.
Endokarditis
Perikarditis adalah peradangan perikad parietalis, viselaris
atau keduanya. Respons perikad terhadap peradangan bervariasi dari akumulasi
cairan atau darah (efusi perikad), deposisi fibrin, proliferasi jaringan
fibrosa, pembentukan granuloma atau klasifikasi. Itulah sebabnya manifestasi
klinik perikarditis sangat bervariasi dari yang tidak khas sampai yang khas.
KLASIFIKASI
Perikarditis dibagi tiga yaitu
perikarditis akut, dan perikarditis kronis, dan perikarditis
kronis konstriktif.
·
Perikarditis akut adalah peradangan pada perikardium
(kantung selaput jantung) yang dimulai secara tiba-tiba dan sering menyebabkan
nyeri. Peradangan tersebut dapat menyebabkan cairan dan menghasilkan darah
(fibrin, sel darah merah dan sel darah putih) yang akan memenuhi rongga
pericardium. Perikarditis akut terjadi kurang dari 6 minggu.
·
Perikarditis kronis (Chronic Pericarditis) adalah suatu
peradangan perikardium (kantung jantung) yang menyebabkan penimbunan
cairan atau penebalan dan biasanya terjadi secara bertahap serta berlangsung
lama. Terjadi kurang dari 6 minggu-6 bulan
·
Perikarditis kronis konstriktif adalah
suatu penyakit yang terjadi karena ada penebalan pada perikardium akibat adanya
inflamasi yang terjadi sebelumnya sehingga luas ruangan jantung berkurang.
Akibatnya curah jantung menurun dan tekanan pengisian berkurang. Terjadi lebih
dari 6 bulan
Perikarditis akut dapat disebabkan
oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri. Berdasarkan studi pada anak-anak
dari tahun 1960-an, virus patogen yang paling umum adalah Coxsackie,
tetapi data terakhir menunjukkan bahwa pada orang dewasa yang paling sering terpengaruh
adalah virus Sitomegalo, virus Herpes, dan HIV. Adapun bakteri paling
umum yang dapat menyebabkan penyakit perikarditis yaitu bakteri
Pneumococcus dan Tuberculosis. Di Afrika dan India, tuberkulosis
masih merupakan penyebab tersering dari semua bentuk perikarditis. Selain
itu penyebab perikarditis akut lain yaitu sebagai berikut:
a. Idiopatik (biduran);
b. trauma;
c. sindrom paska infark miokard;
d. uremia (kondisi yang terkait dengan
penumpukan urea dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif);
e. sindrom paska perikardiotomi;
f. neoplasma (neoplasma
adalah massa abnormal dari jaringan yang terjadi ketika sel-sel membelah
lebih dari yang seharusnya atau tidak mati ketika mereka seharusnya)
Pada umumnya penyebab perikarditis
kronis tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kanker, tuberkulosis
atau penurunan fungsi tiroid. Sebelumnya tuberkulosis adalah penyebab terbanyak
dari perikarditis kronis di Amerika Serikat, tetapi saat ini kasusu tersebut
hanya tinggal 2%. Selain itu penyebab perikarditis kronis yang lain yaitu
sebagai berikut:
a. operasi jantung sebelumnya;
b. radiasi dada;
c. pasca infark yang luas;
d. sarkoidosis (Sarkoidosis adalah
suatu penyakit peradangan yang ditandai dengan terbentuknya granuloma pada
kelenjar getah bening, paru-paru, hati, mata, kulit dan jaringan lainnya);
e. trauma dada;
f. infeksi virus akut
(Adenovirus dan Coxsackie virus) atau kronis (Tuberculosis).
Perikarditis kronik Konstriktif
Penderita perikarditik konstriktif
tampak seperti mengalami gagal jantung kronik. Keluhan disebabkan oleh
penurunan curah jantung seperti lelah, takikardia dan bengkak. Pemeriksaan
jasmani menunjukkan tanda gagal jantung kanan seperti tekanan vena jugularis
meninggi dengan tanda kusmaul (peninggian tekanan vena julgularis saat
inspirasi) pembesaran hati, asites, dan edema tungkai.
PROGNOSIS
Bergantung kepada penyebabnya. Pada perikarditis reumatik
ditentukan oleh berat ringannya miokarditis yang menyertainya. Prognosis
perikarditis purulenta ditentukan oleh cepatnya pengobatan antibiotika yang
diberikan dan tindakan bedah yang dilakukan. Kematian pada perikarditis
tuberkulosa menjadi sangat menurun dengan ditemukannya tuberkulostatikum yang
lebih poten. Tanpa tindakan pembedahan perikarditis konstriktiva mempunyai
prognosis yang buruk.
Tanda yang khas:
Friction rub(suara tambahan) adalah
bising gesek yang terjadi karena kantong berisi cairan membengkak.
Gejala-gejala :
1. Sesak
nafas saat bekerja
2. Panas
badan 39ºc - 40ºc
3. Malaesa
4. Kadang
nyeri dada
5. Effuse
cardial
6. Nyeri
dapat menyebar dari leher,bahu,punggung atau perut
7. Rasa
tajam menusuk
8. Berkeringat
Adanya
proses inflamasi dan sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis akan
memberikan respon. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan
ke kantong perikardium.
Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas vaskuler, sehingga kandungan
protein, termasuk fibrinogen atau fibrin di dalam cairan akan meningkat.
Peningkatan perpindahan leukosit dapat terjadi pada perikarditis purulenta.
Perdarahan
akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin. Perubahan patologis
selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan perlengketan
disertai kalsifikasi dari lapisan perikardium viseral maupun parietal yang
menimbulkan perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat
pengembangan volume jantung pada fase diastolik.
Pada kondisi
lain, terakumulasinya cairan pada perikardium dimana sekresi melebihi absorpsi
menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan intraperikardium dalam
jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah ke
kedua bilik jantung bisa menimbulkan tamponade jantung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Dapat terdengar bising gesekan (
friction rub ) dengan stetoskop akibat kantong yang inflamasi bergesekan dengan
jantung setiap kali jantung berdenyut.
2.
Tanda inflamasi sistemik ( demam,
peningkatan laju endap darah, dan peningkatan hitung leukosit ) dapat
terjadi.
3.
Ekokardiografi , dapat mengindikasikan
akumulasi cairan di kantong pericardium , efusi pericardial, hipertrofi
jantung, disfungsi katup dan dilatasi ruang.
4.
Pemeriksaan EKG menunjukkan iskemia,
hipertrofi, blok konduksi dan disritmia.
5.
Sinar X dari dada
6.
Thoracentesis (pengangkatan cairan dengan
sebuah jarum)
PENATALAKSANAAN
a. Istirahatkan pasien di ranjang secara menyeluruh.
b. Kaji nyeri dalam hubungannya dengan respirasi dan posisi tubuh untuk
membedakan nyeri epikarditis dengan nyeri iskemik miokardial.
c. Tempatkan pasien dalam posisi tegak lurus untuk meringankan dispnea dan
nyeri dada. Beri analgesik dan oksigen.
d. Yakinkan penderita perikarditas bahwa kondisinya bersifat sementara dan
bisa ditangani.
e. Jelaskan uji dan penanganan pada pasien.
f. Lakukan perawatan preoperatif dan postoperatif sesuai indikasi; hampir sama
dengan perawatan dengan pembedahan kardiotoraks.
g. Pasein dengan infeksi perikardium harus segera diobati
dengan anti mikroba pilihan begitu organisme penyebabnya dapat diidentifikasi.
Perikarditis yang berhubungan dengan demam rematik berespon baik dengan
pinisilin. Perikarditis akibat tuberkulosis diobati dengan isoniasid, etambutol
hidroklorid, rifampisin, streptomisin dalam berbagai kombinasi . ampoterisin B
digunakan untuk perikarditis jamur, dan kartikosteroid digunakan pada lupus
eritematosus diseminata.
h. Bila kondisi pasien sudah membaik,
aktivitas harus ditingkatkan secara bertahap, tetapi bila nyeri demam atau
friction rub kembali muncul, pasien harus segera tirah baring.
i. Pasiendibaringkanditempattidurbilacurahjantungmasihbelumbaik,
sampaidemam, nyeri dada dan friction rub menghilang. Analgetik dapat diberikan untuk mengurangi nyeri dan
mempercepat reabsorbsi cairan pada pasien dengan perikarditis
rematik. Kortikosteroid dapat diberikan untuk mengontrol gejala,
memperepat resolusi proses inflamasi dalam perikordium dan mencegah kekambuhan
efusi perikard.
1. Tamponade jantung
Tamponade jantung adalah
keadaan yang mengancam nyawa, dimana ditemukan penekanan pada jantung, akibat
terjadi pengumpulan cairan (darah, nanah) atau gas diruangan perikardium
(ruangan antara 2 selaput pelapis jantung), yang disebabkan karena trauma atau
robeknya otot jantung, atau karena perembesan cairan (efusi). Hal ini dapat
menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal.
2. Perikarditiskonstriktif
3. Aritmi jantung
Contoh-contoh dari atrial
tachycardias termasuk atrial fibrillation, atrial flutter, and atrial
tachycardia (PAT). Aritmia-aritmia ini terjadi karena gangguan listrik di atria
dan/atau di AV node menyebabkan denyut jantung yang cepat.
BV2
4. Nyeri dada berulang-ulang
Mikokarditis
adalah peradangan pada miokardium yang disebabkan oleh virus atau infeksi
bakteri, hipersensitifitas, atau terjadi dengan perikarditis dan endokarditis. (Ziliwu)
Tanda paling umum:
·
Retensi cairan dengan pembengkakan pergelangan kaki dan kaki
·
Nyeri dada yang mungkin terasa seperti serangan jantung atau
angina
·
Sesak napas pada saat istirahat atau selama aktivitas fisik
·
Kelelahan
·
Denyut jantung yang cepat atau abnormal (aritmia)
·
Sedangkan tanda yang kurang umum terjadi, antara lain:
·
Pingsan atau tiba-tiba kehilangan kesadaran
·
Gejala lainnya yang terkait dengan infeksi virus seperti :
·
demam,
·
nyeri sendi
·
Diare
·
sakit kepala
·
sakit tenggorokan
·
nyeri tubuh
·
Letih
·
Napas pendek
·
Detak jantung tidak teratur
·
Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya
·
Menggigil
·
Anoreksia
·
Nyeri dada.
·
Dispnea dan disritmia
·
Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial)
·
Nyeri otot
·
Malaise (kurang enak badan)
·
Syok kardiogenik.
Pada sebagian besar, miokarditis
tidak dapat diduga karena disfungsi jantung bersifat subklinis, asimtomatik dan
sembuh sendiri (self limited) oleh karena miokarditis asimtomatik, maka data
epidemiologi yang ada berasal dari penelitian pasca mortem. Pada pemeriksaan
pasca mortem miokarditis ditemukan sekitar 1-9%, sehingga diduga miokarditis
adalah penyebab utama kematian.
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman
infeksius melalui tiga mekanisme dasar :
·
Invasi langsung ke miokard.
·
Proses immunologis terhadap miokard.
·
Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Fase akut berlangsung kira-kira satu
minggu, dimana terjadi invasi virus ke miokard, replikasi virus dan lisis sel.
Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau
dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer cell (sel NK).
Pada fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai yang berat.
Pada fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai yang berat.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a.
Pemeriksaan
laboratorium.
Dijumpai leokositosis polimorfonuklear atau lomfosit
yang dominan, bergantung pada penyebabnya. Pada infeksi parasit ditemukan eossinofilia.
Laju endap darah bisanya meningkat, enzim jantung, keratin kinase atau laktat dehidrogenase
(LDH) dapat juga meningkatkan tergantungan luasnya nekrosis miokrduim.
b.
Pemeriksan
elektrokardiografi.
Kelainan yang didapat bersifat sememtara dan lebih sering
ditemukan dibanding kelainan klinis jantungnya. Yang paling sering adalah sinus
takikardia, perubahan segmen ST dan/atau gelombang T serta low voltge. Kadang-kadang
ditemukan aritmia atrial atau ventricular, blokAV, infrventrikular cunducto indefect,
dan QT memanjang
Pada penyakit chaga sering didpatkan right bundle
branch blok yang komplit. Blok AV total sifatnya sementara dan hilang tanpa bekas,
tetapi kadang-kadang dapat sebagai penyebab kematian mendadak pada miokarditis.
c.
Pemeriksaan
rontgen toraks.
Ukuran jantung sering membesar walaupun dapat juga
normal. Kadang-kadang disertai kongesti paru.
d.
Pemeriksaan
ekokardiografi.
Sering didapatkan hipokinesis kedua ventrikel
walaupun kadang bersifat regional terutama di apeks. Dapat juga ditemukan dinding
ventrikel, thrombus ventrikel kiri,pengisian diastolic yang abnormal atau efusi
perikardinal.
PENATALAKSANAAN
a.
Semua pasien dengan miokarditis akut
sebaiknya dirawat untuk diobservasi.
b.
Dianjurkan tirah baring untuk pembatasan
aktifitas.
c.
Pengobatan biasanya suportif dan ditujukan
pada penyakit infeksi sistemik.
d.
Terapi spesifik dapat diberikan
antibody atau kemoterapeutik yang sesuai dengan penyebabnya.
e.
Aritmia diobati dengan anti aritmia.
Kadang-kadang diperlukan pemasangan pacu jantung.
f.
Anti imflamasi nonsteroid,
salisilat, ibuprofen, dan indometasin merupakan kontraindikasi pada fase akut
(2 minggu pertama), tetapi cukup aman bila di kosumsi pada fase-dase lanjut.
g.
Pengendalian terhadap gagal jantung
h.
Transplantasi jantung
i.
Oksigen untuk meningkatkan
oksigenasi darah sehingga beban jantung berkurang dan perfusi sistemik
meningkat.
j.
Obat-obatan untuk menghilangkan
nyeri seperti Morfin dan Meperidin.
k.
Diuretik untuk meningkatkan aliran
darah ke ginjal dengan tujuan mencegah dan mempertahankan fungsi ginjal.
Mencegah kelebihan volume dan gagal jantung kongestif.
KOMPLIKASI
a.
Kardiomiopati kongestif/dilated.
b.
Payah jantungkongestif
c.
Efusi perikardial.
d.
AV block total.
e.
Trombi Kardiak
Endokarditis
merupakan peradangan pada katub dan permukaan jantung. Endokarditis bisa
bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Terjadinya endokarditis
rematik disebabkan langsung oleh demam rematik yang merupakan penyakit sistemik
karena infeksi streptokokus.endokarditis infeksi (endokarditis bakterial)
adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme
lain, sehingga menyebabkan deformitas bilah katup.( Muttaqin. 2009 )
KLASIFIKASI
a.
Endokarditis Infektif
Endokarditis infektif adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada endokardium jantung atau pada
pembuluh darah besar ditandai dengan adanya vegetasi (Team Fakultas Kedokteran UI)
Endokarditis infektif adalah suatu
infeksi yang disebabkan oleh mikroba pada jaringan endothelial jantung (Barbara Engran ; 1998)
Endokarditis adalah infeksi permukaan
endokardial yang biasanya meliputi dinding ventrikel, katup-katup jantung,
dinding arteri besar, septum, yang ditandai dengan mudah terjadinya aggregasi
dari trombindan platelet yang disebut vegetasi, ini berisi makro organisme. Vegetasi
tersebut dapat terjadi didaerah endokardial yang manapun, juga didaerah arteri
besar.
Endokarditis Infektif adalah infeksipada endokardium (selaput jantung) dan katup jantung.
b.
Endokarditis Non Infektif.
Endokarditis non infektif adalah
penyakit yang disebabkan oleh trombosit yang disertai dengan vegetasi (Team Fakultas Kedokteran UI)
Endokarditis Non-infektif adalah
suatu keadaan yang ditandai dengan adanya bekuan-bekuan darah pada katup
jantung yang rusak.
Berdasarkan Jenis Katub Jantung
Yang Terkena Infeksi Dibedakan Menjadi 2 Yaitu:
a.
Native valve endokartis adalah
infeksi pada katub jantung alam.
b.
Prostfektic valve endokarditis
adalah infeksi pada katub jantung buatan.
Endokarditis paling banyak disebabkan oleh streptokokus
viridans yaitu mikroorganisme yang hidup dalam saluran napas bagian atas.
Sebelum ditemuklan antibiotik, maka 90 - 95 % endokarditis infeksi disebabkan
oleh strptokokus viridans, tetapi sejak adanya antibiotik streptokokus viridans
50 % penyebab infeksi endokarditis yang merupakan 1/3 dari sumber infeksi.
Penyebab lain dari infeksi endokarditis yang lebih patogen yaitu stapilokokus
aureus yang menyebabkan infeksi endokarditis subakut. Penyebab lainnya adalah
stertokokus fekalis, stapilokokus, bakteri gram negatif aerob/anaerob, jamur,
virus, ragi, dan kandida.
PROGNOSIS
Endokarditis
akut yang disebabkan oleh S. aureus memiliki angka kematian
yang tinggi 40%, kecuali saat berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba intravena.
Endokarditis yang disebabkan oleh Streptococcus memiliki angka
kematian sekitar 10%. Sebagian besar prognosis bergantung pada terjadi atau tidaknya
komplikasi yang menyertai. (Lily, 1996)
Gejala umum
Demam dapat berlangsung
terus-menerus retermiten / intermiten atau tidak teratur sama sekali. Suhu 38 -
40 C terjadi pada sore dan malam hari, kadang disertai menggigil dan keringat
banyak. Anemia ditemukan bila infeksi telah berlangsung lama. pada sebagian
penderita ditemukan pembesaran hati dan limpha.
Gejala Emboli dan Vaskuler
Ptekia timbul pada mukosa tenggorok,
muka dan kulit (bagian dada). umumya sukar dibedakan dengan angioma. Ptekia di
kulit akan berubah menjadi kecoklatan dan kemudian hilang, ada juga yang
berlanjut sampai pada masa penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah kuku jari
tangan (splinter hemorrhagic).
Gejala Jantung
Tanda-tanda kelainan jantung penting
sekali untuk menentukan adanya kelainan katub atau kelainan bawaan seperti
stenosis mitral, insufficiency aorta, patent ductus arteriosus (PDA),
ventricular septal defect (VCD), sub-aortic stenosis, prolap katub mitral.
Sebagian besar endocarditis didahului oleh penyakit jantung, tanda-tanda yang
ditemukan ialah sesak napas, takikardi, palpasi, sianosis, atau jari tabuh
(clubbing of the finger). Perubahan murmur menolong sekali untuk menegakkan
diagnosis, penyakit yang sudah berjalan menahun, perubahan murmur dapat
disebabkan karena anemia . Gagal jantung terjadi pada stadium akhir
endokarditis infeksi, dan lebih sering terjadi pada insufisiensi aorta dan
insufisiensi mitral, jarang pada kelainan katub pulmonal dan trikuspid serta
penyakit jantung bawaan non valvular .
Kuman
paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu juga melalui
alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit. Endokard
yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan
menimbulakan vegetasi yang terdiri atas trombosis dan fibrin. Vaskularisasi
jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme
berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard, kuman
yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi kebocoran.
Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard
atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat
terjadi ruptur yang mengakibatkan terjadinya kebocoran katup. Pembentukan
trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari endokard merupakan
gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya emboli bermacam-macam.
Emboli yang disebabkan jamur biasanya lebih besar, umumnya menyumbat pembuluh
darah yang besar pula. Tromboemboli yang terinfeksi dapat teranggkut sampai di
otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung, anggota gerak, kulit, dan paru.
Bila emboli menyangkut di ginjal. akan meyebabkan infark ginjal,
glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan menimbulkan rasa sakit dan nyeri
tekan.
a.
Laboratorium
·
Darah.
·
Lekositosis tinggi.
·
Anemia normrkromnormositer.
·
LED tinggi.
·
Ig serum tinggi.
·
Uji fraksi gamaglobulin bertambah.
·
Total hemolitik komplemen &
komplemen C³ dalam serum menurun.
·
Kadar bilirubin darah tinggi.
b.
Urine
·
Proteinuria
·
Hematuria secara mokroskapis
c.
EKG
Menunjukkan
perluasan infeksi ke otot jantung.
d.
Ekokardiografi untuk :
·
Melihat vegetasi pada kutub aorta.
·
Melihat dilatasi atau hipertrofi
atrium.
·
Mencari penyakit yang menjadi faktor
predisposisi endokarditis.
·
Penutupan katub mitral.
e.
Pemeriksaan rontgen.
Untuk
melihat adanya klasifikasi pada katub.
PENATALAKSANAAN
a.
Bed rest
b.
Pertahankan intake cairan
c.
Pengobatan :
·
antibiotik
(penicilin, aminoglikosida, tetrasiklin, beta laktam dan kuinolon)
·
Antipiretik = salisilat.
·
Analgesik
·
Antikoagulasi.
d.
Persiapan oprasii pembedahan katup
e.
Pencegahan komplikasi
f.
Terapi parenteral.
g.
Insisidandrainaseabses.
KOMPLIKASI
a.
Gagal jantung
·
Abses.
·
Penyakit katup jantung.
·
Miokarditis.
·
Embilisasi
·
Serebral
·
Ginjal
·
Splenik
·
Koroner
b.
Aneurisme nekrotik (pada
endokarditis infektif)
KONSEP ASKEP
PENGKAJIAN
Pengkajian
ini terdiri atas anamnesis berupa identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit terdahulu.
Anamnesis
a. Identitas
b. Keluhan utama
Pada fase
awal keluhan utama biasanya terasa sesak nafas dan nyeri tenggorokan. Sesuai perkembangan
penyakit endokarditis yang mengganggu katup jantung, keluhan sesak nafas dan
kelemahan menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan.
c. Riwayat
penyakit sekarang
Pengkajian
riwayat kesehatan sekarang, meliputi :
·
Apakah terdapat adanya penurunan respons imunologis
terhadap infeksi seperti pada klien HIV atau AIDS.
·
Apakah klin mengalami perubahan metabolisme akibat
penuaan.
·
Apakah klien pernah mendapat prosedur diagnostik invasif
secara intravena.
·
Apakah klien mendapat pengobatan antibiotik jangka
panjang.
d. Riwayat
penyakit dahulu
Pengkajian
riwayat dahulu (RPD) yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita infeksi tenggorokan, infeksi sinus akut, riwayat minum
obat, dan adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Juga harus menanyakan
adanya alergi obat dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali
klien tidak dapat membedakan suatu alergi dengan efek samping obat.
e. Riwayat keluarga
Perawat
menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami oleh keluarga, serta bila ada
anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematiannya juga di tanyakan.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
fisik yang dilakukan terdiri atas pengkajian B1-B6.
· B1 (Breathing)
Apabila
gangguan sudah mengenai katup jantung, biasanya klien terlihat sesak dan
frekuensi nafas melebihi normal.sesak nafas ini terjadi akibat pengerahan
tenaga dan kenaikan tekanan akhir diastolik pada ventrikel kiri yang
meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat ke
gagalan eningkatan curah darah ventrikel kiri pada waktu melakukan kegiatan
fisik. Bila sudah parah, dispnea kardiak dapat timbul pada waktu beristirahat.
Klien biasanya di dapat kan batuk.
· B2 (Bleeding)
Ø Inspeksi
Inspeksi
adanya parut. Keluhan lokasi nyeri di daerah substernal atau nyeri di atas
perikardium. Penyebaran dapat meluas di dada, terjadi nyeri, serta
ketidakmampuan bahu dan tangan.
Ø Palpasi
Denyut
nadi perifer melemah, panas tinggi (38,9o - 40oC), dan menggigil.
Ø Auskultasi
Tekanan
darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Gejala sistemik yang
terjadi sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila di temukan
mur-mur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik maka harus di curigai
adanya infeksi endokarditis. Perkembangan murmur yang progresif sesuai
perkembangan waktu dapat terjadi dan menunjukan adanya kerusakan katup akibat
vegetasi atau perforasi katup atau chordae tendineae. Pembesaran jantung atau
adanya bukti gagal jantung kongestif
juga bisa terjadi.
Ø Perkusi
Pada batas
jantung terjadi pergeseran untuk kasus lanjut pembesaran jantung.
· B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, sakit tenggorokan, dan kemerahan pada
tenggorokan di sertai eksudat (awitannya mendadak) serta nyeri sendi dan
punggung. Sinusitis akut dan otitis media akut terjadi mungkin karena
streptokokus. Manifestasi sistem saraf pusat mencakup sakit kepala, iskemia
serebral transien atau sementara, dan stroke yang mungkin di akibatkan oleh
emboli pada arteri serebral.
· B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine yang berhubungan dengan
adanya penurunan suplai darah ke ginjal yang merupakan manifestasi dari
penurunan perfusi perifer.
·
B5 (Bowel)
Klien biasanya di dapatkan mual dan muntah, tidak nafsu
makan dan berat badan turun. Pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar limfe, nyeri abdomen (lebih
sering pada anak).
· B6 (Bone)
Aktivitas. Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur,
pola hidup menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur. Tanda : takikardia,
dispnea, pada istirahat / aktivitas. Higiene : kesulitan melakukan tugas
perawatan diri.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek sistemik dari
infeksi.
2. Intoleran aktivitas b/d penurunan
curah jantung.
3. Penurunan curah jantung b/d penurunan
kontraktilitas otot jantung.
4. Kurang pengetahuan b/d kurang
informasi tentang proses penyakit.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa
1: Nyeri akut b/d efek sistemik dari infeksi.
Tujuan
: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
Intervensi:
1)
Selidiki keluhan nyeri
dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun.
R/ Nyeri perikarditis secara khas terletak substernal dan dapat menyebar ke leher dan punggung, namun ini berbeda dari iskemia miokard/nyeri infark. Nyeri dada dapat atau mungkin tidak menyertai endokarditis dan miokarditis, tergantung pada adanya iskemia.
R/ Nyeri perikarditis secara khas terletak substernal dan dapat menyebar ke leher dan punggung, namun ini berbeda dari iskemia miokard/nyeri infark. Nyeri dada dapat atau mungkin tidak menyertai endokarditis dan miokarditis, tergantung pada adanya iskemia.
2)
Berikan lingkungan yang
tenang dan tindakan kenyamanan, mis: perubahan posisi, gosokan punggung,
penggunaan kompres panas/dingin, dukungan emosional.
R/ Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
R/ Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
3)
Berikan aktivitas
hiburan yang tepat.
R/ Mengarahkan kembali
perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
4)
Kolaborasi pemberian
obat nonsteroid dan antipiretik sesuai indikasi.
R/ Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi dan meningkatkan kenyamanan.
R/ Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi dan meningkatkan kenyamanan.
2. Diagnosa
2: Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung.
Tujuan
: Menunjukkan peningkatan dalam toleransi aktivitas.
Intervensin
:
1)
Kaji respons pasien
terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dalam keluhan kelemahan,
keletihan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R/ Miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial akibat GJK. Penurunan pengisian dan curah jantung menyebabkan pengumpulan cairan dalam kantung perikardial bila ada perikarditis. Endokarditis dapat terjadi dengan disfungsi katup, secara negatif mempengaruhi curah jantung.
R/ Miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial akibat GJK. Penurunan pengisian dan curah jantung menyebabkan pengumpulan cairan dalam kantung perikardial bila ada perikarditis. Endokarditis dapat terjadi dengan disfungsi katup, secara negatif mempengaruhi curah jantung.
2)
Pantau frekuensi/irama
jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum/setelah aktivitas dan selama
diperlukan.
R/ Membantu menentukan
derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia,
dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas.
3)
Pertahankan tirah baring
selama periode demam dan sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut dari perikarditis/ endokarditis.
R/ Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut dari perikarditis/ endokarditis.
4)
Rencanakan perawatan
dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.
R/ Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung; meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional.
R/ Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung; meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional.
3.
Diagnosa 3: Penurunan curah jantung b/d penurunan kontraktilitas otot jantung.
Tujuan : Menunjukkan penurunan episode dispnea, angina, dan disritmia
Tujuan : Menunjukkan penurunan episode dispnea, angina, dan disritmia
Intervensi:
1)
Pantau frekuensi/irama
jantung.
R/ Takikardia dan disritmia dapat
terjadi saat jantung berupaya untuk meningkatkan curahnya berespon pada demam,
hipoksia, dan asidosis karena iskemia.
2)
Dorong tirah baring
dalam posisi semi-Fowler.
R/ Menurunkan beban kerja jantung,
memaksimalkan curah jantung.
3)
Dorong penggunaan
teknik manajemen stress, mis: bimbingan imajinasi, latihan pernapasan.
R/ Perilaku yang bermanfaat untuk mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi, menurunkan beban kerja jantung.
R/ Perilaku yang bermanfaat untuk mengontrol ansietas, meningkatkan relaksasi, menurunkan beban kerja jantung.
4)
Evaluasi keluhan lelah,
dispnea, palpitasi, nyeri dada kontinu. Perhatikan adanya bunyi napas
adventisius, demam.
R/ Manifestasi klinik dari GJK yang
dapat menyertai endokarditis (infeksi/disfungsi katup)/miokarditis (disfungsi
otot mioard akut).
5)
Kolaborasi pemberian,
mis: digitalis, diuretik; antibiotik/antimikrobial IV sesuai indikasi.
R/ Meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan efek metabolisme anaerob, yang terjadi sebagai akibat dari hipoksia dan asidosis, antibiotik mengatasi keterlibatan patogen dan mencegah kerusakan jantung lebih lanjut.
R/ Meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan efek metabolisme anaerob, yang terjadi sebagai akibat dari hipoksia dan asidosis, antibiotik mengatasi keterlibatan patogen dan mencegah kerusakan jantung lebih lanjut.
4. Diagnosa
4: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi tentang proses penyakit.
Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan, dan kemungkinan komplikasi.
Tujuan : Menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan, dan kemungkinan komplikasi.
Intervensi
:
1)
Jelaskan efek inflamasi
pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarkan untuk memperhatikan gejala
sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan
segera pada pemberi perawatan, contoh demam, peningkatan/nyeri dada tak
biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
R/ Untuk bertanggung
jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus,
pengobatan, dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi,
sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukkan kekambuhan/komplikasi.
2)
Anjurkan pasien/orang
terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan
diet/pertimbangan khusus; aktivitas yang diizinkan/dibatasi.
R/ Informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
R/ Informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
3)
Kaji ulang perlunya antibiotik jangka panjang/terapi
antimikrobial.
R/ Perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotik IV/ antimikrobial perlu sampai kultur darah negatif/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
R/ Perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotik IV/ antimikrobial perlu sampai kultur darah negatif/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
4)
Tekankan pentingnya evaluasi perawatan medis teratur.
R/ Pemahaman alasan untuk pengawasan medis dan rencana untuk/ penerimaan tanggung jawab untuk evaluasi menurunkan risiko kambuh/komplikasi.
R/ Pemahaman alasan untuk pengawasan medis dan rencana untuk/ penerimaan tanggung jawab untuk evaluasi menurunkan risiko kambuh/komplikasi.
5)
Identifikasi faktor risiko pencetus yang dapat dikontrol
pasien, contoh penggunaan obat IV dan penanganan masalah.
R/ Pasien mungkin termotivasi dengan adanya masalah jantung
untuk mencari dukungan untuk menghentikan penyalahgunaan obat/perilaku merusak.
EVALUASI
1. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
2. Menunjukkan peningkatan dalam
toleransi aktivitas.
3. Menunjukkan penurunan episode dispnea,
angina, dan disritmia.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses
inflamasi, kebutuhan pengobatan, dan kemungkinan komplikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar