KONSEP DASAR
|
BAB 9 KOLITIS ULSERATIF
|
PENGERTIAN
Kolitis Ulseratif adalah penyakit
ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rektum. (Brunner
& Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis Ulseratif adalah penyakit
radang kolon nonspesifik yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan
eksaserbasi yang berganti-ganti. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
2006, hal, 461)
Kolitis
Ulseratif adalah penyakit inflamasi primer dari membran mukosa
kolon (Monica Ester,2002,hal,56).
Dari beberapa definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa Kolitis Ulseratif adalah suatu penyakit inflamasi pada
lapisan mukosa kolon dan rektum yang menyebabkan luka atau lesi dan berlangsung
lama.
ANATOMI DAN FISIOLOGI KOLON
Usus besar
atau kolon berbentuk saluran muscular berongga yang membentang dari sekum
hingga kanalis ani dan dibagi menjadi sekum, kolon ( assendens, transversum,
desendens, dan sigmoid ) dan rektum. Katup ileosekal mengontrol masuknya kimus
kedalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus mengontrol
keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kerang lebih 6,3 cm dengan
panjang kurang lebih 1,5 m.
Usus besar
memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan
elektrolit.Ciri khas dari gerakan usus adalah pengadukan haustral. Gerakan
meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik,
sehingga memberikan waktu untuk terjadinya absorbsi.Peristaltik mendorong feses
ke rektum dan meenyebabkan peregangan dinding rektum dan aktivasi refleks
defekasi.
Banyaknya
bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa bahan,
membantu penyerapan zat-zat gizi dan membuat zat-zat penting.Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri dalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air
sehingga terjadilah diare ( Lestari Sri,Amk, Agus Priyanto, Amk, 2008, hal 60)
ETIOLOGI
Etiologi kolitis ulseratif tidak
diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi karena terdapat
hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita berperan
dalam patogenesis kolitis ulseratif. Antibody antikolon telah ditemukan dalam
serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limposit dari penderita
kolitis ulseratif merusak sel epitel pada kolon.
Telah dijelaskan beberapa teori
mengenai penyebab kolitis ulseratif, namun tidak ada yang terbukti. Teori yang
paling terkenal adalah teori reaksi sistem imun tubuh terhadap virus atau
bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding usus.
Menderita kolitis ulseratif memang
memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui hal ini merupakan
penyebab atau akibat efek ini, kolitis ulseratif tidak sebabkan oleh distres
emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin
dapat memicu timbulnya gejala pada beberapa orang. (Sylvia A. Price &
Lorraine M. Wilson, 2006, hal, 462).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOLITIS
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kolitis yaitu :
1) Faktor genetik
Sebuah
genetik komponen ke etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis
berikut:
a. Agregasi dari kolitis ulseratif dalam keluarga
b. Insiden etnis perbedaan dalam insiden
c. Penanda genetik dan keterkaitan
2)
Faktor-faktor lingkungan
Banyak hipotesis telah dibesarkan kontribusi lingkungan
kepatogenesis lingkungan kolitis ulseratif meliputi :
a. Diet : sebagai usus besar terkena banyak
zat-zat makanan yang dapat mendorong peradangan, faktor-faktor diet yang telah
dihipotesiskan untuk memainkan peran dalam patogenesis dari kedua kolitis
ulseratif dan penyakit crohn.
b. Diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi
insiden kolitis ulseratif
c. Menyusui: ada laporan yang saling bertentangan
perlindungan menyusui dalam perkembangan penyakit inflamasi usus.
PATOFISIOLOGI
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi
berulang dari lapisan mukosa kolon dan rektum. Puncak insiden kolitis ulseratif
adalah pada usia 30 sampai 50 tahun.
Perdarahan
terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara
bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai
pada rektum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit,
memendek, dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak. (Brunner
& Suddarth, 2002, hal 1106).
Kolitis ulseratif merupakan penyakit
primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan perluasan dari rektum.
Kelainan pada rektum yang menyebar kebagian kolon yang lain dengan gambaran
mukosa yang normal tidak dijumpai. Kelainan ini akan behenti pada daerah
ileosekal, namun pada keadaan yang berat kelainan dapat terjadi pada
ileum terminalis dan appendiks. Pada daerah ileosekal akan terjadi kerusakan
sfingter dan terjadi inkompetensi. Panjang kolon akan menjadi 2/3 normal,
pemendekan ini disebakan terjadinya kelainan muskuler terutama pada kolon distal dan rektum.
Terjadinya striktur tidak selalu didapatkan pada penyakit ini, melainkan dapat
terjadi hipertrofi lokal lapisan muskularis yang akan berakibat stenosis yang
reversibel
Lesi patologik awal hanya terbatas
pada lapisan mukosa, berupa pembentukan abses pada kriptus, yang jelas berbeda
dengan lesi pada penyakit crohn yang menyerang seluruh tebal dinding usus. Pada permulaan penyakit, timbul
edema dan kongesti mukosa. Edema dapat menyebabkan kerapuhan hebat sehingga
terjadi perdarahan pada trauma yang hanya ringan, seperti gesekan ringan pada
permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih
lanjut, abses kriptus pecah menembus dinding kriptus dan menyebar dalam
lapisan submukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa. Mukosa kemudian terlepas menyisakan
daerah yang tidak bermukosa (tukak). Tukak mula- mula tersebar dan dangkal,
tetapi pada stadium yang lebih lanjut, permukaan mukosa yang hilang menjadi
lebih luas sekali sehingga menyebabkan banyak kehilangan jaringan, protein dan
darah. (Harrison, 2000, hal 161)
MANIFESTASI KLINIK
Kebanyakan gejala kolitis ulseratif
pada awalnya adalah berupa buang air
besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah
sakit perut dan diare berdarah. Klien juga dapat mengalami :
a. Anemia
b. Fatigue/ kelelahan
c. Berat badan menurun
d. Hilangnya nafsu makan
e. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
f. Lesi kulit ( eritoma nodusum )
g. Lesi mata ( uveitis )
h. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (
10-20 kali sehari )
i. Terdapat darah dan nanah dalam
kotoran
j. Perdarahan rektum
k. Kram perut
l. Sakit pada persendian
m. Anoreksia
n. Dorongan untuk defekasi
o. Hipokalsemia (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1106).
KOMPLIKASI
a. Megakolon
toksik
b. Perforasi
c. Hemoragi
d. Neoplasma malignan
e. Pielonefritis
f. Nefrolitiasis
g. Kalanglokarsinoma
h. Artritis
i. Retinitis,
iritis
j. Eritema
nodusum (Brunner & Suddarth, 2002)
PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan
Medis
·
Terapi Obat - obatan
Terapi
obat-obatan. Obat-obatan sedatif dan antidiare/antiperistaltik digunakan untuk
mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang
terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi
feses klien mendekati normal.
Sulfonamida
seperti sulfasalazin (azulfidine) atau sulfisoxazol (gantrisin) biasanya
efektif untuk menangani inflamasi ringan dan sedang. Antibiotik digunakan untuk
infeksi sekunder, terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi,
dan peritonitis. Azulfidin membantu dalam mencegah kekambuhan. (Brunner &
Suddarth, 2002, hal 1107-1108).
·
Pembedahan
Pembedahan umunya digunakan untuk mengatasi
kolitis ulseratif bila penatalaksaan medikal gagal dan kondisi sulit diatasi,
intervensi bedah biasanya diindikasi untuk kolitis ulseratif. Pembedahan dapat
diindikasikan pada kedua kondisi untuk komplikasi seperti perforasi, hemoragi,
obstruksi megakolon, abses, fistula, dan kondisi sulit sembuh.(Cecily Lynn betz
& Linda sowden. 2007, hal 323-324)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
·
Masukan diet dan cairan
Cairan
oral, diet rendah residu-tinggi protein-tinggi kalori, dan terapi suplemem
vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhui kebutuhan nutrisi.
Ketidak- seimbangan cairan dan elektrolit yang dihubungkan dengan dehidrasi
akibat diare, diatasi dengan terapi intravena sesuai dengan kebutuhan. Adanya
makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat menimbulkan
diare pada individu intoleran terhadap lactose.Selain itu makanan dingin dan
merokok juga dapat dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus.
Nutrisi parenteral total dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002, hal
1106-1107).
·
Psikoterapi
Ditunjukkan
untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada klien, kemampuan menghadapi
faktor-faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik sehingga mereka tidak
berkabung karena kondisi mereka. (Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108).
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
A.
Gambaran Radiologi
· Foto polos
abdomen
· Barium enema
· Ultrasonografi
( USG )
· CT-scan dan
MRI
B. Pemeriksaan
Endoskopi ( Pierce A.Grace & Neil.R.Borley, 2006, hal 110 )
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
ü Contoh feses ( pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama
penyakit ) : terutama mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus
khususnya entomoeba histolytica.
ü Protosigmoi doskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan
inflamasi.
ü Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara klien infeksi dan karsinoma.
Perubahan neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang
disebut abses lapisan bawah.
ü Enema
barium, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun
jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi
eksasorbasi.
ü Kolonoskopi : mengidentifikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukan obstruksi usus.
ü Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah
ü ESR : meningkat karena beratnya penyakit. Trombosis : dapat terjadi karena
proses penyakit inflamasi.
ü Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat. (Brunner
& Suddarth, 2002).
KONSEP ASKEP
|
PENGKAJIAN
1.
Identitas
1) Identitas klien
Meliputi : Nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pemeriksaan, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung
jawab
Meliputi : Nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan
klien.
2.
Keluhan utama
Biasanya pada klien yang terkena
kolitis ulseratif mengeluh nyeri perut, diare, demam, anoreksia.
3
Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan
suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia,
perasaan lemah, dan penurunan nafsu makan.
- Riwayat kesehatan dahulu
Untuk
menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti
genetik, lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di
dokumentasikan. Anamnesis penyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan
tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian proferatif.
4.
Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b)
Vital sign, meliputi
-
Tekanan darah : Dalam batas normal (120/80 mmHg)
-
Nadi :
Takikardia atau diatas normal (> 100 x/menit)
-
Suhu :
Klien mengalami demam (> 37,5o C )
-
Respirasi :
Dalam batas normal (16- 20 x/menit)
c)
Pemeriksaan sistem tubuh
· Sistem pencernaan : -
Terjadi pembengkakan pada abdomen
- Nyeri tekan pada
abdomen,
- Bising usus lebih
dari normal (normalnya 5-35 x/menit)
- Anoreksia
· Sistem pernafasan : Respirasi normal
(16-20 x/menit).
· Sistem kardiovaskuler : Peningkatan nadi
(takikardi)
· Sistem neurologi : - Peningkatan suhu tubuh (demam)
- Kelemahan pada anggota gerak
· Sistem integumen : Kulit dan membran
mukosa kering dan turgornya jelek.
· Sistem musculoskeletal : Kelemahan otot dan
tonus otot buruk
· Sistem eliminasi : - Pada saat buang air besar mengalami diare
- Feses
mengandung darah
d)
Pola aktivitas sehari-hari berhubungan dengan :
- Aspek biologi :
Keletihan, kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan.
- Aspek psiko :
Perilaku berhati-hati, gelisah.
- Aspek sosio :
Ketidakmampuan aktif dalam sosial.
5.
Pemeriksaan Diagnostik
·
Kolonoskopi, ulserasi panjang
terbagi oleh mukosa normal yang timbul di kolon kanan.
·
Enema barium disertai pemeriksaan
sinar X dan sigmoidoskopi akan memperlihatkan perdarahan mukosa disertai ulkus
·
Analisis darah akan memperlihatkan
anemia dan penurunan kadar kalium
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut
Brunner & Suddarth, 2002, hal 1108, diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada klien dengan kolitis
ulseratif :
1. Diare berhubungan dengan proses
inflamasi
2. Nyeri abdomen, berhubungan dengan
peningkatan peristaltik dan inflamasi
3. Perubahan nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh, berhubungan dengan pembatasan diet, mual,
dan malabsorpsi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan keletihan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
ü Diagnosa 1 : Diare berhubungan dengan proses inflamasi
Ø
Definisi :
Pengeluaran
feses lunak dan tidak bermasa ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy R.2009 )
Ø
Tujuan :
Kebutuhan
cairan dan elektrolit dapat terpenuhi secara adekuat
Ø Kriteria
hasil :
- Turgor kulit kembali normal
-
Input dan output seimbang
- Membran mukosa lembab
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1. Awasi masukan dan
keluaran, karakter dan jumlah feses, perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya
berkeringat.
2. Kaji tanda vital (TD,
nadi, suhu)
3. Observasi kulit kering
berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler
lambat
4. Pertahankan pembatasan
per oral, tirah baring: hindari kerja
Kolaborasi
5. Berikan cairan
parenteral (infus)
6. Pemberian obat anti
diare
|
1. Memberikan informasi tentang keseimbangan
cairan.
2. Hipotensi (termasuk
postural), takikardia, demam dapat menunjukan respon terhadap dan efek
kehilangan cairan.
3. Menunjukan kehilangan cairan berlebihan atau
dehidrasi
4. Kolon distirahatkan
untuk menyembuhkan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus.
Kolaborasi
5. Cairan parenteral
membantu mengganti cairan elektrolit untuk memperbaiki kehilangan cairan.
6. Menurunkan kehilangan
cairan dari usus
|
ü Diagnosa 2 : Nyeri abdomen, berhubungan
dengan peningkatan peristaltik dan
inflamasi
Ø Definisi :
pengalaman
sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang
aktual / potensial/ digambarkan dengan istilah seperti ( International
Asociation for the study of pain ) : awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisispasi atau dapat
diramalkan dan durassinya kurang dari enam bulan ( Wilkson, Judith M & Ahern,Nancy
R.2009 )
Ø Tujuan :
Mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan rasa nyaman.
Ø Kriteria hasil :
-
Klien tampak rileks
-
Klien tidak mengeluh nyeri lagi
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1. Observasi tingkat nyeri, lokasi
nyeri, frekuensi dan tindakan penghilang yang digunakan.
2. Berikan pilihan tindakan nyaman
: dorong teknik relaksasi, distraksiaktifitas hiburan
Kolaborasi
3. Pemberian
obat analgetik
|
1. Informasi memberikan data dasar
untuk mengevaluasi kebutuhan keefektifan intervensi.
2.Meningkatkan relaksasi dan
memampukan klien untuk memfokuskan perhatian : dapat meningkatkan koping
3. Dapat
membantu mengurangi nyeri
|
·
Diagnosa 3 : Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh,
berhubungan dengan pembatasan diet,
mual, dan malabsorpsi
Ø Definisi :
Asupan
nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik ( Wilkson, Judith M
& Ahern,Nancy R.2009 )
Ø Tujuan :
Memenuhi
dan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Ø Kriteria Hasil :
-
Berat badan meningkat
-
Pola eliminasi kembali normal
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1. Timbang berat badan
tiap hari.
2. Anjurkan istirahat
sebelum makan.
3. Berikan kebersihan
oral.
4.Batasi makanan yang
dapat menyebabkan kram abdomen, flatus (misalnya produk susu).
Kolaborasi
5. Pertahankan puasa
sesuai indikasi.
6. Kolaborasi dengan
tim gizi, untuk Tambahkan diet sesuai indikasi misalnya cairan jernih maju
menjadi makanan yang dihancurkan. Kemudian protein tinggi, tinggi kalori dan
rendah serat sesuai indikasi.
7. Berikan obat sesuai
dengan indikasi.
8. Berikan nutrisi
parenteral total, terapi IV sesuai indikasi.
|
1. Memberikan informasi
tentang kebutuhan diet atau keefektifan terapi.
2. Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
3.
Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
4. Mencegah serangan
akut/eksaserbasi gejala.
5. istirahat usus
menurunkan peristaltic dan diare dimana menyebabkan malabsorpsi atau
kehilangan nutrisi.
6. Memungkinkan saluran
usus untuk mematikan kembali proses pencernaan. Protein perlu untuk
penyembuhan integritas jaringan.
7. Membantu dalam
mengatasi masalah malabsorpsi nutrisi.
8. Program ini
mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan nutrisi penting.
|
·
Diagnosa 4 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
keletihan
Ø Definisi :
Ketidakcukupan
energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan
aktifitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan ( Wilkson, Judith M &
Ahern,Nancy R.2009 )
Ø Tujuan :
Mengembalikan kemampuan klien dalam
beraktivitas
Ø Kriteria hasil :
Klien dapat beraktivitas dengan
normal kembali
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Memfasilitasi aktivitas yang tidak dapat klien lakukan.
2. Memberi motivasi
3. Lakukan
latihan gerakan pada klien
|
1.Dapat
membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Motivasi
akan memberi dorongan klien untuk dapat melakukan aktivitas kembali.
3.Mengembalikan
kemampuan gerak klien.
|
Saya dulu juga sakit ini...tapi semenjak brobat sama dokter yusuf...saya sembuh setelah 1 bulan trapi obat dari beliau...ya alhamdulillah obat yang saya pesan ke beliau itu cocok dan bisa sembuh dalam tempo 1 bulan...kalau mau brobat juga sama dokter yusuf ini nomor nya 085361675232. Semoga nanti obat nya cocok dan bisa sembuh juga seperti saya...saran saya gak ada salahnya mencoba obat dari beliau...
BalasHapus