PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan
keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih
dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Istilah gastroenteritis digunakan
secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/
atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam
lambung dan usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai
frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 : 501).
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri , virus, dan pathogen parasitic.
Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya,
frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.
ANATOMI FISIOLOGI
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui
esofagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga
torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan
jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10
inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam
rongga peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung
yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml. Lambung dapat
dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran
gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang
total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian
yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah
disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak dibagian
bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup
ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan
mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks
veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen,
segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen
desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan
elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar
terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung
massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon
mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi
sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila
jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan
dari ileum maka akan terjadi diare. Rektum
berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang
membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
ETIOLOGI
Faktor infeksi
a) Infeksi
internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak
kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare terutama pada anak dan
bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan
adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang
terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk,
astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah aeromonashidrophilia,
bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium defficile, clostridium
perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp, staphylococcus
aureus, vibrio cholerae, dan yersinia enterocolitica. Sedangkan penyebab
gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli, capillaria
philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia lamblia,
isospora billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis, strongiloides
stercoralis, dan trichuris trichuria.
b) Bakteri
penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah
bakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri
non invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC).
Sedangkan golongan bakteri invasiv adalah salmonella spp,
shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi melalui
suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam
sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic
guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.
Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di
luar alat pencernaan seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan
sebagainya.
INSIDEN
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka
kesakitan diare diindonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 pendududk intuk
semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan
umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996
didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%,
dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160
penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita yang meninggal
karena dehidrasi.
KOMPLIKASI
a.
Dehidrasi
b.
Renjatan hipovolemik
c.
Kejang
d.
Bakterimia
e.
Mal nutrisi
f.
Hipoglikemia
g.
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
PATOGENESIS
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama
dilakukan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan
yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang
tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi orang
ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi
(clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu
terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host).
Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu
faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman
lambung, motilitas lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus.
Faktor
penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di
usus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat
menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi dua
yaitu:
1.
Bakteri
noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri
masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri
kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan
dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan
ada yang lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan
berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml
cairan usus. Denan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan
lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat
masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan
toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam
membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta
mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang
sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di
bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai
akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut,
volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan
menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding
usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau
hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar. Dalam
keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan
yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan
meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi
bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
2.
Bakteri
enteroinvasif
Diare
menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri
yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S.
Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia
dan Perfringens tipe C.
Penyebab
diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat
makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas,
mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.
Mekanisme
yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel epitel
mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan
elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan
bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula
kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang akhirnya
memperlama diare.
GEJALA KLINIK
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea,
muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan
hipovolemik harus dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa
haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara
menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan
frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit)
tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan
aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga
bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis
tubular akut.
Secara
klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan pertama,
kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua
disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN GASTROENTERITIS
Umumnya, gastroenteritis virus didiagnosa oleh dokter
berdasarkan gejala dan pemeriksaan medis pasien. Rotavirus infeksi dapat
didiagnosis dengan menggunakan :
Tes laboratorium dari spesimen
tinja. Tes untuk
mendeteksi virus lain yang menyebabkan gastroenteritis tidak digunakan rutin,
namun unit Gastroenteritis virus pada CDC dapat membantu dengan analisa khusus
berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat. Yang paling penting dari
memperlakukan Gastroenteritis virus pada anak-anak dan orang dewasa adalah
untuk mencegah kehilangan berat cairan (dehidrasi). Perawatan ini harus dimulai
di rumah. Dokter Anda mungkin memberikan petunjuk spesifik tentang apa jenis
cairan untuk memberi. CDC merekomendasikan bahwa keluarga dengan bayi dan
anak-anak menjaga pasokan larutan rehidrasi oral (ORS) di rumah setiap saat dan
menggunakan solusi ketika diare pertama terjadi pada anak.
Oralit
tersedia di apotek tanpa resep. Ikuti petunjuk tertulis di paket oralit, dan penggunaan
air bersih atau direbus. Obat-obatan, termasuk antibiotik (yang tidak
berpengaruh pada virus) dan perawatan lainnya, harus dihindari kecuali secara
khusus direkomendasikan oleh dokter. Orang dapat mengurangi kesempatan mereka
terinfeksi oleh :
1. sering cuci tangan,
2. desinfeksi segera permukaan
terkontaminasi dengan pembersih pemutih klorin berbasis rumah tangga, dan
3. segera mencuci pakaian kotor
artikel.
Jika makanan atau air yang dianggap terkontaminasi, itu
harus dihindari. Gastroenteritis Rotavirus juga dapat dicegah dengan vaksin.
Saat ini ada dua vaksin rotavirus tersedia lisensi yang melindungi terhadap
diare berat dari infeksi rotavirus pada bayi dan anak-anak muda. Vaksin ini
diberikan kepada anak-anak di tahun pertama mereka hidup dengan vaksin anak
lainnya.
PENATALAKSANAAN
Ketiga
dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Pemberian
cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
Jenis cairan
v Cairan
peroral : Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi
serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan
NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan
sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)hanya mengandung
garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula
untuk pengobatan sementara sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan
kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
v Cairan parenteral :
1. Belum ada
dehidrasi
Peroral sebanyak pasien mau minum atau 1
gelas tiap defekasi.
2. Dehidrasi
ringan
: 1 jam pertama :
25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
3. Dehidrasi
sedang
: 1 jam pertama :
50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg
BB/hari.
4. Dehidrasi berat
a) Untuk anak umur
1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB /
jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13
tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml /kg
BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya :
125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
b) Untuk anak
lebih dari 25 bulan dengan BB 10 –
15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
c) Untuk bayi baru
lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml +
25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1
bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6
tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam
= 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
Pengobatan
dietetik
Untuk
anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis
makanan :
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tak jenuh).
b. Makanan setengah
padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus
yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
a. Hari pertama :
setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu
formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.
b. Hari kedua –
keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
c. Hari kelima :
bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.
Obat-obatan
a. Obat anti
sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
b. Obat
spasmolitik.
c. Antibiotik
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
Ø Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul
diare.
Ø Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat yang
diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga
e. Kebutuhan dasar
Ø Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
Ø Pola Nutrisi : diawali dengan muntah, mual, anoreksia, menyebutkan
penurunan berat pada pasien.
Ø Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Ø Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Ø Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
f. Pemeriksaan fisik
Ø Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernafasan agak cepat.
Ø Pemeriksaan sistematik :
·
Inspeksi : mata
cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
·
Perkusi :
adanya distensi abdomen
·
Palpasi :
turgor kulit kurang elastis
·
Auskultasi :
terdengarnya bising usus
·
Pemeriksaan
tumbuh kembang
1. Defisit
volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Risiko
kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
3. Resiko
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan
4. Cemas b/d
perubahan status kesehatan
INTERVENSI
DX 1. Defisit volume cairan b/d
kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam terjadi peningkatan
keseimbangan
cairan
Kriteria
Hasil : Mempertahankan urine output
sesuai dengan umur
Tanda
– tanda vital dalam batas normal
Tidak
ada tanda – tanda dehidrasi
Turgor
kulit baik
Intervensi
1. Observasi
intake dan output cairan
R/
mengetahui adanya dehidrasi pada klien
·
Monitor tanda-tanda vital
R/
mengetahui perkembangan klien lebih lanjut
·
Observasi adanya tanda-tanda
dehidrasi
R/
mengetahui keadaan dan penanganan lebih lanjut
·
Motivasi keluarga untuk membantu
pasien minum
R/
memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh
·
Kolaborasi pemberian cairan IV dan anti diare
DX 2. Resiko ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan b/d penurunan intake makanan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam tidak terjadi kekurangan nutrisi
Kriteria
Hasil : berat badan ideal sesuai dengan
usia tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
·
Kaji keadaan umum klien
R/ mengetahui keadaan umum klien
·
Monitor adanya mual dan muntah
R/ mual muntah sebagai penyebab nutrisi yang kurang
·
Monitor berat badan klien setiap
hari
R/ memantau peningkatan kebutuhan nutisi dalam tubuh
·
Beri makanan dalam porsi sedikit
tapi sering
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
·
Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian diit
R/ diit yang tepat dapat mempercepat penyembuhan klien
IMPLEMENTASI
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang telah
direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena pasien
telah menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukan tindakan
diagnostik langsung tetapi berupa edukatif kepada keluarga.
EVALUASI
Kegiatan yang dilaksanakan dalam evaluasi keperawatan yakni
mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan
PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan
keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih
dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Istilah gastroenteritis digunakan
secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/
atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam
lambung dan usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai
frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 : 501).
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri , virus, dan pathogen parasitic.
Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya,
frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.
ANATOMI FISIOLOGI
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui
esofagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga
torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan
jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10
inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam
rongga peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung
yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml. Lambung dapat
dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran
gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang
total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian
yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah
disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak dibagian
bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup
ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan
mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks
veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen,
segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen
desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan
elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar
terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung
massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon
mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi
sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila
jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan
dari ileum maka akan terjadi diare. Rektum
berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang
membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
ETIOLOGI
Faktor infeksi
a) Infeksi
internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak
kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare terutama pada anak dan
bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan
adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang
terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk,
astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah aeromonashidrophilia,
bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium defficile, clostridium
perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp, staphylococcus
aureus, vibrio cholerae, dan yersinia enterocolitica. Sedangkan penyebab
gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli, capillaria
philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia lamblia,
isospora billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis, strongiloides
stercoralis, dan trichuris trichuria.
b) Bakteri
penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah
bakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri
non invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC).
Sedangkan golongan bakteri invasiv adalah salmonella spp,
shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi melalui
suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam
sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic
guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.
Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di
luar alat pencernaan seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan
sebagainya.
INSIDEN
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka
kesakitan diare diindonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 pendududk intuk
semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan
umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996
didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%,
dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160
penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita yang meninggal
karena dehidrasi.
KOMPLIKASI
a.
Dehidrasi
b.
Renjatan hipovolemik
c.
Kejang
d.
Bakterimia
e.
Mal nutrisi
f.
Hipoglikemia
g.
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
PATOGENESIS
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama
dilakukan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan
yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang
tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi orang
ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi
(clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu
terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host).
Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu
faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman
lambung, motilitas lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus.
Faktor
penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di
usus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat
menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi dua
yaitu:
1.
Bakteri
noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri
masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri
kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan
dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan
ada yang lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan
berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml
cairan usus. Denan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan
lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat
masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan
toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam
membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta
mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang
sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di
bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai
akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut,
volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan
menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding
usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau
hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar. Dalam
keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan
yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan
meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi
bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
2.
Bakteri
enteroinvasif
Diare
menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri
yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S.
Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia
dan Perfringens tipe C.
Penyebab
diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat
makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas,
mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.
Mekanisme
yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel epitel
mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan
elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan
bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula
kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang akhirnya
memperlama diare.
GEJALA KLINIK
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea,
muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan
hipovolemik harus dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa
haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara
menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan
frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit)
tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan
aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga
bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis
tubular akut.
Secara
klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan pertama,
kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua
disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN GASTROENTERITIS
Umumnya, gastroenteritis virus didiagnosa oleh dokter
berdasarkan gejala dan pemeriksaan medis pasien. Rotavirus infeksi dapat
didiagnosis dengan menggunakan :
Tes laboratorium dari spesimen
tinja. Tes untuk
mendeteksi virus lain yang menyebabkan gastroenteritis tidak digunakan rutin,
namun unit Gastroenteritis virus pada CDC dapat membantu dengan analisa khusus
berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat. Yang paling penting dari
memperlakukan Gastroenteritis virus pada anak-anak dan orang dewasa adalah
untuk mencegah kehilangan berat cairan (dehidrasi). Perawatan ini harus dimulai
di rumah. Dokter Anda mungkin memberikan petunjuk spesifik tentang apa jenis
cairan untuk memberi. CDC merekomendasikan bahwa keluarga dengan bayi dan
anak-anak menjaga pasokan larutan rehidrasi oral (ORS) di rumah setiap saat dan
menggunakan solusi ketika diare pertama terjadi pada anak.
Oralit
tersedia di apotek tanpa resep. Ikuti petunjuk tertulis di paket oralit, dan penggunaan
air bersih atau direbus. Obat-obatan, termasuk antibiotik (yang tidak
berpengaruh pada virus) dan perawatan lainnya, harus dihindari kecuali secara
khusus direkomendasikan oleh dokter. Orang dapat mengurangi kesempatan mereka
terinfeksi oleh :
1. sering cuci tangan,
2. desinfeksi segera permukaan
terkontaminasi dengan pembersih pemutih klorin berbasis rumah tangga, dan
3. segera mencuci pakaian kotor
artikel.
Jika makanan atau air yang dianggap terkontaminasi, itu
harus dihindari. Gastroenteritis Rotavirus juga dapat dicegah dengan vaksin.
Saat ini ada dua vaksin rotavirus tersedia lisensi yang melindungi terhadap
diare berat dari infeksi rotavirus pada bayi dan anak-anak muda. Vaksin ini
diberikan kepada anak-anak di tahun pertama mereka hidup dengan vaksin anak
lainnya.
PENATALAKSANAAN
Ketiga
dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Pemberian
cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
Jenis cairan
v Cairan
peroral : Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi
serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan
NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan
sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)hanya mengandung
garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula
untuk pengobatan sementara sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan
kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
v Cairan parenteral :
1. Belum ada
dehidrasi
Peroral sebanyak pasien mau minum atau 1
gelas tiap defekasi.
2. Dehidrasi
ringan
: 1 jam pertama :
25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
3. Dehidrasi
sedang
: 1 jam pertama :
50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg
BB/hari.
4. Dehidrasi berat
a) Untuk anak umur
1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB /
jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13
tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml /kg
BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya :
125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
b) Untuk anak
lebih dari 25 bulan dengan BB 10 –
15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
c) Untuk bayi baru
lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml +
25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1
bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6
tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam
= 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
Pengobatan
dietetik
Untuk
anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis
makanan :
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tak jenuh).
b. Makanan setengah
padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus
yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
a. Hari pertama :
setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu
formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.
b. Hari kedua –
keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
c. Hari kelima :
bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.
Obat-obatan
a. Obat anti
sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
b. Obat
spasmolitik.
c. Antibiotik
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
Ø Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul
diare.
Ø Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat yang
diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga
e. Kebutuhan dasar
Ø Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
Ø Pola Nutrisi : diawali dengan muntah, mual, anoreksia, menyebutkan
penurunan berat pada pasien.
Ø Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Ø Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Ø Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
f. Pemeriksaan fisik
Ø Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernafasan agak cepat.
Ø Pemeriksaan sistematik :
·
Inspeksi : mata
cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
·
Perkusi :
adanya distensi abdomen
·
Palpasi :
turgor kulit kurang elastis
·
Auskultasi :
terdengarnya bising usus
·
Pemeriksaan
tumbuh kembang
1. Defisit
volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Risiko
kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
3. Resiko
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan
4. Cemas b/d
perubahan status kesehatan
INTERVENSI
DX 1. Defisit volume cairan b/d
kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam terjadi peningkatan
keseimbangan
cairan
Kriteria
Hasil : Mempertahankan urine output
sesuai dengan umur
Tanda
– tanda vital dalam batas normal
Tidak
ada tanda – tanda dehidrasi
Turgor
kulit baik
Intervensi
1. Observasi
intake dan output cairan
R/
mengetahui adanya dehidrasi pada klien
·
Monitor tanda-tanda vital
R/
mengetahui perkembangan klien lebih lanjut
·
Observasi adanya tanda-tanda
dehidrasi
R/
mengetahui keadaan dan penanganan lebih lanjut
·
Motivasi keluarga untuk membantu
pasien minum
R/
memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh
·
Kolaborasi pemberian cairan IV dan anti diare
DX 2. Resiko ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan b/d penurunan intake makanan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam tidak terjadi kekurangan nutrisi
Kriteria
Hasil : berat badan ideal sesuai dengan
usia tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
·
Kaji keadaan umum klien
R/ mengetahui keadaan umum klien
·
Monitor adanya mual dan muntah
R/ mual muntah sebagai penyebab nutrisi yang kurang
·
Monitor berat badan klien setiap
hari
R/ memantau peningkatan kebutuhan nutisi dalam tubuh
·
Beri makanan dalam porsi sedikit
tapi sering
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
·
Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian diit
R/ diit yang tepat dapat mempercepat penyembuhan klien
IMPLEMENTASI
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang telah
direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena pasien
telah menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukan tindakan
diagnostik langsung tetapi berupa edukatif kepada keluarga.
EVALUASI
Kegiatan yang dilaksanakan dalam evaluasi keperawatan yakni
mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan
PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan
keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih
dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Istilah gastroenteritis digunakan
secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/
atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam
lambung dan usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai
frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 : 501).
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri , virus, dan pathogen parasitic.
Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya,
frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.
ANATOMI FISIOLOGI
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui
esofagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga
torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan
jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10
inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam
rongga peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung
yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml. Lambung dapat
dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran
gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang
total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian
yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah
disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak dibagian
bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup
ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan
mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks
veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen,
segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen
desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan
elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar
terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung
massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon
mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi
sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila
jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan
dari ileum maka akan terjadi diare. Rektum
berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang
membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
ETIOLOGI
Faktor infeksi
a) Infeksi
internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak
kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare terutama pada anak dan
bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan
adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang
terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk,
astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah aeromonashidrophilia,
bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium defficile, clostridium
perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp, staphylococcus
aureus, vibrio cholerae, dan yersinia enterocolitica. Sedangkan penyebab
gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli, capillaria
philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia lamblia,
isospora billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis, strongiloides
stercoralis, dan trichuris trichuria.
b) Bakteri
penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah
bakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri
non invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC).
Sedangkan golongan bakteri invasiv adalah salmonella spp,
shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi melalui
suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam
sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic
guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.
Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di
luar alat pencernaan seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan
sebagainya.
INSIDEN
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka
kesakitan diare diindonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 pendududk intuk
semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan
umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996
didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%,
dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160
penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita yang meninggal
karena dehidrasi.
KOMPLIKASI
a.
Dehidrasi
b.
Renjatan hipovolemik
c.
Kejang
d.
Bakterimia
e.
Mal nutrisi
f.
Hipoglikemia
g.
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
PATOGENESIS
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama
dilakukan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan
yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang
tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi orang
ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi
(clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu
terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host).
Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu
faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman
lambung, motilitas lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus.
Faktor
penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di
usus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat
menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi dua
yaitu:
1.
Bakteri
noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri
masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri
kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan
dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan
ada yang lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan
berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml
cairan usus. Denan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan
lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat
masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan
toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam
membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta
mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang
sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di
bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai
akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut,
volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan
menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding
usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau
hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar. Dalam
keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan
yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan
meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi
bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
2.
Bakteri
enteroinvasif
Diare
menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri
yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S.
Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia
dan Perfringens tipe C.
Penyebab
diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat
makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas,
mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.
Mekanisme
yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel epitel
mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan
elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan
bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula
kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang akhirnya
memperlama diare.
GEJALA KLINIK
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea,
muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan
hipovolemik harus dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa
haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara
menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan
frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit)
tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan
aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga
bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis
tubular akut.
Secara
klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan pertama,
kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua
disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN GASTROENTERITIS
Umumnya, gastroenteritis virus didiagnosa oleh dokter
berdasarkan gejala dan pemeriksaan medis pasien. Rotavirus infeksi dapat
didiagnosis dengan menggunakan :
Tes laboratorium dari spesimen
tinja. Tes untuk
mendeteksi virus lain yang menyebabkan gastroenteritis tidak digunakan rutin,
namun unit Gastroenteritis virus pada CDC dapat membantu dengan analisa khusus
berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat. Yang paling penting dari
memperlakukan Gastroenteritis virus pada anak-anak dan orang dewasa adalah
untuk mencegah kehilangan berat cairan (dehidrasi). Perawatan ini harus dimulai
di rumah. Dokter Anda mungkin memberikan petunjuk spesifik tentang apa jenis
cairan untuk memberi. CDC merekomendasikan bahwa keluarga dengan bayi dan
anak-anak menjaga pasokan larutan rehidrasi oral (ORS) di rumah setiap saat dan
menggunakan solusi ketika diare pertama terjadi pada anak.
Oralit
tersedia di apotek tanpa resep. Ikuti petunjuk tertulis di paket oralit, dan penggunaan
air bersih atau direbus. Obat-obatan, termasuk antibiotik (yang tidak
berpengaruh pada virus) dan perawatan lainnya, harus dihindari kecuali secara
khusus direkomendasikan oleh dokter. Orang dapat mengurangi kesempatan mereka
terinfeksi oleh :
1. sering cuci tangan,
2. desinfeksi segera permukaan
terkontaminasi dengan pembersih pemutih klorin berbasis rumah tangga, dan
3. segera mencuci pakaian kotor
artikel.
Jika makanan atau air yang dianggap terkontaminasi, itu
harus dihindari. Gastroenteritis Rotavirus juga dapat dicegah dengan vaksin.
Saat ini ada dua vaksin rotavirus tersedia lisensi yang melindungi terhadap
diare berat dari infeksi rotavirus pada bayi dan anak-anak muda. Vaksin ini
diberikan kepada anak-anak di tahun pertama mereka hidup dengan vaksin anak
lainnya.
PENATALAKSANAAN
Ketiga
dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Pemberian
cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
Jenis cairan
v Cairan
peroral : Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi
serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan
NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan
sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)hanya mengandung
garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula
untuk pengobatan sementara sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan
kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
v Cairan parenteral :
1. Belum ada
dehidrasi
Peroral sebanyak pasien mau minum atau 1
gelas tiap defekasi.
2. Dehidrasi
ringan
: 1 jam pertama :
25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
3. Dehidrasi
sedang
: 1 jam pertama :
50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg
BB/hari.
4. Dehidrasi berat
a) Untuk anak umur
1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB /
jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13
tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml /kg
BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya :
125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
b) Untuk anak
lebih dari 25 bulan dengan BB 10 –
15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
c) Untuk bayi baru
lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml +
25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1
bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6
tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam
= 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
Pengobatan
dietetik
Untuk
anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis
makanan :
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tak jenuh).
b. Makanan setengah
padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus
yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
a. Hari pertama :
setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu
formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.
b. Hari kedua –
keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
c. Hari kelima :
bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.
Obat-obatan
a. Obat anti
sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
b. Obat
spasmolitik.
c. Antibiotik
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
Ø Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul
diare.
Ø Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat yang
diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga
e. Kebutuhan dasar
Ø Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
Ø Pola Nutrisi : diawali dengan muntah, mual, anoreksia, menyebutkan
penurunan berat pada pasien.
Ø Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Ø Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Ø Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
f. Pemeriksaan fisik
Ø Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernafasan agak cepat.
Ø Pemeriksaan sistematik :
·
Inspeksi : mata
cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
·
Perkusi :
adanya distensi abdomen
·
Palpasi :
turgor kulit kurang elastis
·
Auskultasi :
terdengarnya bising usus
·
Pemeriksaan
tumbuh kembang
1. Defisit
volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Risiko
kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
3. Resiko
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan
4. Cemas b/d
perubahan status kesehatan
INTERVENSI
DX 1. Defisit volume cairan b/d
kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam terjadi peningkatan
keseimbangan
cairan
Kriteria
Hasil : Mempertahankan urine output
sesuai dengan umur
Tanda
– tanda vital dalam batas normal
Tidak
ada tanda – tanda dehidrasi
Turgor
kulit baik
Intervensi
1. Observasi
intake dan output cairan
R/
mengetahui adanya dehidrasi pada klien
·
Monitor tanda-tanda vital
R/
mengetahui perkembangan klien lebih lanjut
·
Observasi adanya tanda-tanda
dehidrasi
R/
mengetahui keadaan dan penanganan lebih lanjut
·
Motivasi keluarga untuk membantu
pasien minum
R/
memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh
·
Kolaborasi pemberian cairan IV dan anti diare
DX 2. Resiko ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan b/d penurunan intake makanan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam tidak terjadi kekurangan nutrisi
Kriteria
Hasil : berat badan ideal sesuai dengan
usia tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
·
Kaji keadaan umum klien
R/ mengetahui keadaan umum klien
·
Monitor adanya mual dan muntah
R/ mual muntah sebagai penyebab nutrisi yang kurang
·
Monitor berat badan klien setiap
hari
R/ memantau peningkatan kebutuhan nutisi dalam tubuh
·
Beri makanan dalam porsi sedikit
tapi sering
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
·
Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian diit
R/ diit yang tepat dapat mempercepat penyembuhan klien
IMPLEMENTASI
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang telah
direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena pasien
telah menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukan tindakan
diagnostik langsung tetapi berupa edukatif kepada keluarga.
EVALUASI
Kegiatan yang dilaksanakan dalam evaluasi keperawatan yakni
mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan
PENGERTIAN
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan
keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih
dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ). Istilah gastroenteritis digunakan
secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/
atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam
lambung dan usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan
tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai
frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 : 501).
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri , virus, dan pathogen parasitic.
Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya,
frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.
ANATOMI FISIOLOGI
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui
esofagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga
torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan
jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10
inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam
rongga peritoneal. Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari
garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung
yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira ± 1500 ml. Lambung dapat
dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus, korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran
gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang
total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian
yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah
disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak dibagian
bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup
ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan
mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks
veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen,
segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen
desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan
elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar
terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung
massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon
mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi
sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila
jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman yang berlebihan
dari ileum maka akan terjadi diare. Rektum
berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang
membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
ETIOLOGI
Faktor infeksi
a) Infeksi
internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak
kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare terutama pada anak dan
bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan
adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang
terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk,
astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah aeromonashidrophilia,
bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium defficile, clostridium
perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp, staphylococcus
aureus, vibrio cholerae, dan yersinia enterocolitica. Sedangkan penyebab
gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli, capillaria
philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia lamblia,
isospora billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis, strongiloides
stercoralis, dan trichuris trichuria.
b) Bakteri
penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah
bakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri
non invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC).
Sedangkan golongan bakteri invasiv adalah salmonella spp,
shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi melalui
suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam
sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic
guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.
Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di
luar alat pencernaan seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan
sebagainya.
INSIDEN
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka
kesakitan diare diindonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 pendududk intuk
semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan
umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996
didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%,
dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160
penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita yang meninggal
karena dehidrasi.
KOMPLIKASI
a.
Dehidrasi
b.
Renjatan hipovolemik
c.
Kejang
d.
Bakterimia
e.
Mal nutrisi
f.
Hipoglikemia
g.
Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
PATOGENESIS
Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama
dilakukan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan minuman atau makanan
yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang
tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak penularannya transmisi orang
ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang terkontaminasi
(clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu
terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host).
Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu
faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman
lambung, motilitas lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus.
Faktor
penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di
usus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat
menginduksi diare patogenesis diare disebabkan infeksi bakteri terbagi dua
yaitu:
1.
Bakteri
noninvasif (enterotoksigenik)
Bakteri
masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri
kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan
dibunuh oleh asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan
ada yang lolos kedalam usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan
berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml
cairan usus. Denan memproduksi enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan
lapisan lendir yang menutupi permukaan sel epitel usus sehingga bakteri dapat
masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam membrane bakteri mengeluarkan
toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B melekat di dalam
membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta
mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang
sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di
bagian kripta vili, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai
akibat adanya rangsangan sekresi cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut,
volume cairan didalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan
menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang dan sebagai reaksi dinding
usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau
hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar. Dalam
keadaan normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan
yang bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan
meningkat sampai dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi
bila jumlah tersebut melampaui kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.
2.
Bakteri
enteroinvasif
Diare
menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat
sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri
yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S.
Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia
dan Perfringens tipe C.
Penyebab
diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.
Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat
makanan (lamdia) patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas,
mungkin karena superinfeksi dengan jasad renik lain.
Mekanisme
yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel epitel
mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan
elektrolit. Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan
bertambahnya sekresi cairan ke dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula
kerusakan enzim-enzim disakarida yang menyebabkan intoleransi yang akhirnya
memperlama diare.
GEJALA KLINIK
Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea,
muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan
hipovolemik harus dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa
haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara
menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan
frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi
renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit)
tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung
ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan
aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga
bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis
tubular akut.
Secara
klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan pertama,
kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua
disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN GASTROENTERITIS
Umumnya, gastroenteritis virus didiagnosa oleh dokter
berdasarkan gejala dan pemeriksaan medis pasien. Rotavirus infeksi dapat
didiagnosis dengan menggunakan :
Tes laboratorium dari spesimen
tinja. Tes untuk
mendeteksi virus lain yang menyebabkan gastroenteritis tidak digunakan rutin,
namun unit Gastroenteritis virus pada CDC dapat membantu dengan analisa khusus
berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat. Yang paling penting dari
memperlakukan Gastroenteritis virus pada anak-anak dan orang dewasa adalah
untuk mencegah kehilangan berat cairan (dehidrasi). Perawatan ini harus dimulai
di rumah. Dokter Anda mungkin memberikan petunjuk spesifik tentang apa jenis
cairan untuk memberi. CDC merekomendasikan bahwa keluarga dengan bayi dan
anak-anak menjaga pasokan larutan rehidrasi oral (ORS) di rumah setiap saat dan
menggunakan solusi ketika diare pertama terjadi pada anak.
Oralit
tersedia di apotek tanpa resep. Ikuti petunjuk tertulis di paket oralit, dan penggunaan
air bersih atau direbus. Obat-obatan, termasuk antibiotik (yang tidak
berpengaruh pada virus) dan perawatan lainnya, harus dihindari kecuali secara
khusus direkomendasikan oleh dokter. Orang dapat mengurangi kesempatan mereka
terinfeksi oleh :
1. sering cuci tangan,
2. desinfeksi segera permukaan
terkontaminasi dengan pembersih pemutih klorin berbasis rumah tangga, dan
3. segera mencuci pakaian kotor
artikel.
Jika makanan atau air yang dianggap terkontaminasi, itu
harus dihindari. Gastroenteritis Rotavirus juga dapat dicegah dengan vaksin.
Saat ini ada dua vaksin rotavirus tersedia lisensi yang melindungi terhadap
diare berat dari infeksi rotavirus pada bayi dan anak-anak muda. Vaksin ini
diberikan kepada anak-anak di tahun pertama mereka hidup dengan vaksin anak
lainnya.
PENATALAKSANAAN
Ketiga
dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Pemberian
cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum.
Jenis cairan
v Cairan
peroral : Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi
serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl dan
NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan
sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)hanya mengandung
garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula
untuk pengobatan sementara sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan
kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.
v Cairan parenteral :
1. Belum ada
dehidrasi
Peroral sebanyak pasien mau minum atau 1
gelas tiap defekasi.
2. Dehidrasi
ringan
: 1 jam pertama :
25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.
3. Dehidrasi
sedang
: 1 jam pertama :
50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg
BB/hari.
4. Dehidrasi berat
a) Untuk anak umur
1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg BB /
jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13
tetes / kg BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml /kg
BB/jam = 33 tetes / kg BB/ m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya :
125 ml/kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum,
teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
b) Untuk anak
lebih dari 25 bulan dengan BB 10 –
15 kg :
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.
7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.
16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.
c) Untuk bayi baru
lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.
Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml +
25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4 bagian glukosa 5 % + 1
bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg BB /jam atau 6
tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20 jam
= 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.
Pengobatan
dietetik
Untuk
anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis
makanan :
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tak jenuh).
b. Makanan setengah
padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus
yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.
Cara memberikannya :
a. Hari pertama :
setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu
formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.
b. Hari kedua –
keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.
c. Hari kelima :
bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan biasa.
Obat-obatan
a. Obat anti
sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
b. Obat
spasmolitik.
c. Antibiotik
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan
Ø Awal serangan : gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul
diare.
Ø Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat yang
diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga
e. Kebutuhan dasar
Ø Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
Ø Pola Nutrisi : diawali dengan muntah, mual, anoreksia, menyebutkan
penurunan berat pada pasien.
Ø Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Ø Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Ø Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
f. Pemeriksaan fisik
Ø Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernafasan agak cepat.
Ø Pemeriksaan sistematik :
·
Inspeksi : mata
cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan
menurun, anus kemerahan.
·
Perkusi :
adanya distensi abdomen
·
Palpasi :
turgor kulit kurang elastis
·
Auskultasi :
terdengarnya bising usus
·
Pemeriksaan
tumbuh kembang
1. Defisit
volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
2. Risiko
kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering
3. Resiko
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan intake
makanan
4. Cemas b/d
perubahan status kesehatan
INTERVENSI
DX 1. Defisit volume cairan b/d
kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam terjadi peningkatan
keseimbangan
cairan
Kriteria
Hasil : Mempertahankan urine output
sesuai dengan umur
Tanda
– tanda vital dalam batas normal
Tidak
ada tanda – tanda dehidrasi
Turgor
kulit baik
Intervensi
1. Observasi
intake dan output cairan
R/
mengetahui adanya dehidrasi pada klien
·
Monitor tanda-tanda vital
R/
mengetahui perkembangan klien lebih lanjut
·
Observasi adanya tanda-tanda
dehidrasi
R/
mengetahui keadaan dan penanganan lebih lanjut
·
Motivasi keluarga untuk membantu
pasien minum
R/
memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh
·
Kolaborasi pemberian cairan IV dan anti diare
DX 2. Resiko ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan b/d penurunan intake makanan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam tidak terjadi kekurangan nutrisi
Kriteria
Hasil : berat badan ideal sesuai dengan
usia tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
·
Kaji keadaan umum klien
R/ mengetahui keadaan umum klien
·
Monitor adanya mual dan muntah
R/ mual muntah sebagai penyebab nutrisi yang kurang
·
Monitor berat badan klien setiap
hari
R/ memantau peningkatan kebutuhan nutisi dalam tubuh
·
Beri makanan dalam porsi sedikit
tapi sering
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
·
Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian diit
R/ diit yang tepat dapat mempercepat penyembuhan klien
IMPLEMENTASI
Pada pelaksanaan asuhan keperawatan hampir semua tindakan yang telah
direncanakan di laksanakan. Tindakan yang tidak dilaksanakan karena pasien
telah menunjukkan perubahan yang baik sehingga tidak memerlukan tindakan
diagnostik langsung tetapi berupa edukatif kepada keluarga.
EVALUASI
Kegiatan yang dilaksanakan dalam evaluasi keperawatan yakni
mengevaluasi setiap tindakan yang dilaksanakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar