BAB 2 ANGINA PEKTORIS
KONSEP TEORI
Angina pektoris adalah nyeri dada
yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau
reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993).Angina pektoris
adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang
khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar
ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila
aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996).
Angina pektoris adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang biasanya
terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler). Angina
pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode atau
perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner,
menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau dengan kata lain,
suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat. (Smeltzer dan Bare, 2002 : 779).
Angina
biasanya terjadi waktu latihan, stres emosi yang parah, atau setelah makan yang
berat.Selama periode-periode ini, otot jantung menuntut lebih banyak oksigen
darah daripada arteri-arteri yang menyempit dapat berikan. Angina secara khas
berlangsung dari 1 sampai 15 menit dan dibebaskan dengan istirahat atau dengan
menempatkan tablet nitroglycerin dibawah lidah. Nitroglycerin mengendurkan
pembuluh-pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah.Keduanya istirahat dan
nitroglycerin mengurangi permintaan otot jantung untuk oksigen, jadi
membebaskan angina.
ETIOLOGI
Faktor
penyebab Angina Pektoris antara lain:
o Riwayat
merokok (Baik perokok aktif maupun perokok pasif)
o Angina
disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area jantung. Keadaan ini
paling sering dipicu oleh coronary artery disease (CAD). Kadang-kadang , jenis
penyakit jantung yang lain atau hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan angina.
o Ateriosklerosis
merupakan istilah umum untuk beberapa
penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lenturdimana
bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri.
o Spasme
arteri coroner (kontraksi sementara pada arteri
yang terjadi secara tiba-tiba)
o Anemia berat
o Artritis
o Aorta
Insufisiensi
Faktor resiko antara lain adalah:
a.
Dapat Diubah
(dimodifikasi)
§ Diet
(hiperlipidemia) : salah
satu usaha yang paling baik dalam menanggulangi hiperkolesterolemi dimana pada
prinsipnya adalah mengatur agar susunan makanan sehari-hari rendah lemak dan
kolesterol. Di samping itu juga menyesuaikan perbandingan jumlah kalori yang
berasal dari lemak, protein dan karbohidrat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
§ Rokok : Efek rokok
adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin
dan menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO2 atau dengan perkataan lain dapat
menyebabkan tahikardi, vasokontriksi pembuluh darah, merubah permeabilitas
dinding pembuluh darah dan merubah 5-10% Hb menjadi carboksi-Hb. Disamping itu
rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol makin menurun.
§ Hipertensi : Komplikasi
yang terjdi pada hipertensi esensial biasanya akibat perubahan struktur arteri
dan arterial sistemik, terutama terjadi pada kasus yang tidak diobati.
Mula-mula akan terjdi hipertrofi dari tunika media diikuti dengan hialinisasi
setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya akan terjdi
penyempitan pembuluh darah. Tempat yang paling berbahaya bila mengenai
miokardium, arteri dan arterial sistemik arteri koroner dan serebral serta
pembuluh darah ginjal. Komplikasi terhadap jantung akibat hipertensi yang
paling sering terjadi adalah kegagalan ventrikel kiri, CAD seperti angina
pektoris dan miokard infark.
§ Stress : Penelitian
Supargo dkk (1981-1985) di FK UI menunjukkan orang yang stress 1,5x lebih besar
mendapatkan risiko PJK. Stress disamping dapat menaikkan TD juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah.
§ Obesitas : Obesitas
adalah kelebihan jumlah lemak tubuh >19% pada laki-laki dan >21% pada
perempuan. Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM dan
hipertrigliserdemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan
LDL kolesterol. Resiko CAD akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari
BB ideal.
§ Kurang
aktifitas/ exercise : Exercise dapat meningkatkan kadar
HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral koroner sehingga risiko PJK dapat
dikurangi. Exercise bermanfaat : memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke
miokard, menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama
dengan menurunnya LDL kolesterol, menurunkan kolesterol, trigliserid dan kadar
gula darah pada penderita DM, menurunkan TD, meningkatkan kesegaran jasmani
§ Diabetes
Mellitus : Intoleransi
terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit
pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM risiko PJK
50% lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan perampuan risiko 2x lipatnya.
Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan tipe IV hiperlipidemi
dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan DM yang disertai
obesitas dan hipertensi
§ Pemakaian
kontrasepsi oral
b. Tidak dapat diubah
§ Usia : Sebagian besar
kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan
bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan kadar kolesterol
yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Pada
laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya
akan turun setelah 50 tahun. Kadar kolesterol sebelum menopause (45-60) lebih
rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar
kolesterol perempuan biasanya akan meningkat lebih tinggi daripada laki-laki.
§ Jenis
Kelamin : Di
USA gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1
dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih
besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi
dan selama kehamilan akanmeningkat kadar kolesterolnya. Pada wanita hamil kadar
kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah kehamilan.
§ Ras : Perbedaan
risiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun bercampur baur
dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi. Di USA perbedaan antara ras
Caucasia dengan non Caucasia (tidak termasuk Negro) didapatkan risiko PJK non
Caucasia separuhnya.
§ Herediter : Hipertensi
dan hiperkolesterolemi dipengaruhi oleh faktor genetik. Sebagian kecil orang
dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak dan kolesterol ternyata kadar
kolesterol darahnya rendah, sedangkan kebalikannya ada orang yang tidak dapat
menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol
akan tetapi kelompok ini hanya sebagian saja.
Faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan antara
lain:
a. Emosi : Berbagai
emosi akibat sesuatu yang meneggangkan akan meningkatkan adrenalin, adanya
adrenalin ini akan menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah, vasokontriksi ini
akan menyebabkan aliran O2 ke miokard berkurang sehingga terjadi pembentukan
asam laktat oleh miokardium sehingga timbul nyeri dada.
b. Stress : Penelitian
Supargo dkk (1981-1985) di FK UI menunjukkan orang yang stress 1,5x lebih besar
mendapatkan risiko PJK. Stress disamping dapat menaikkan TD juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah.
c. Kerja fisik
terlalu berat : Kebutuhan
O2 untuk jantung akan meningkat, jika suplay berkurang maka jantung akan
kekurangan O2 akibatnya iskemik otot jantung selanjutnya akan terjadi
pembentukan asam laktat dan akhirnya timbul nyeri.
d. Hawa terlalu
panas dan lembab
e. Makan makanan berat : Meningkatkan aliran darah kedaerah
mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai
jantung. (pada jantung yang sudah sangat parah, pintasan darah untuk pencernaan
membuat nyeri angina semakin buruk).
f. Banyak
merokok : Efek
rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh
katekolamin dan menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO2 atau dengan
perkataan lain dapat menyebabkan tahikardi, vasokontriksi pembuluh darah,
merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10% Hb menjadi
carboksi-Hb. Disamping itu rokok dapat menurunkan kadar HDL kolesterol makin
menurun.
KLASIFIKASI
Angina
diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:
a. Angina
Pektoris Stabil
§ Menggambarkan
nyeri dada yang timbul saat peningkatan aktivitas fisik maupun stres emosional.
Dengan tanda serangan merupakan gajala baru dan stabil, durasi dan intensitas
stabil.
§ Awitan
secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen niokard.
§ Nyeri
segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas.
§ Durasi
nyeri 3 – 15 menit.
b. Angina Pektoris Tidak Stabil
§ Berkaitan
dengan nyeri dada yang timbul karena aktivitas dengan tanda khas yaitu
peningkatan frekuensi serangan dan intensitas nyerinya.
§ Sifat,
tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.
§ Durasi
serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
§ Kurang
responsif terhadap nitrat.
§ Lebih
sering ditemukan depresisegmen ST.
§ Dapat
disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit
yang beragregasi.
c. Angina
Prinzmental (Angina Varian)
§ Digambarkan
sebagai nyeri dada yang biasanya terjadi selama istirahat atau tidur daripada
selama aktivitas disebabkan oleh spasme arteri koroner.
§ Tidak
menunjukkan tanda aterosklerotik pada arteri koroner.
§ Nyeri
disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik.
§ EKG
menunjukkan elevaasi segmen ST.
§ Cenderung
berkembang menjadi infaark miokard akut.
§ Dapat
terjadi aritmia.
MANIFESTASI
KLINIS
a. Nyeri dada substernal atau
retrosternal menjalar ke leher, tenggorokan daerah inter skapula atau lengan
kiri.
b. Kualitas nyeri seperti tertekan
benda berat, seperti diperas, terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak
enak di dada (chest discomfort).
c. Durasi nyeri berlangsung 1 sampai 5
menit, tidak lebih dari 30 menit.
d. Nyeri hilang (berkurang) bila
istirahat atau pemberian nitrogliserin.
e. Gejala penyerta : sesak nafas,
perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin, palpitasi, dizzines.
f. Gambaran EKG : depresi segmen ST,
terlihat gelombang T terbalik.
g. Gambaran EKG seringkali normal pada
waktu tidak timbul serangan.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme
timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplay oksigen ke
sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen
arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa
penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis. Ateriosklerosis merupakan
penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan.Sewaktu beban kerja suatu
jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat.Apabila kebutuhan
meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan
lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila arteri koroner
mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya
endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksido yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif.Dengan tidak adanya fungsi
ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang
memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila
belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan
aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel
miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi
mereka.Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium
dan menimbulkan nyeri.Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka
suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif
untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan
hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
Sejumlah faktor yang dapat
menimbulkan nyeri angina:
a. Latihan
fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
2. Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
b. Makan
makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesentrik untuk
pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai jantung.
c.
Stress atau berbagai emosi akibat
situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat
pelepasan adrenalin dan meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja
jantung juga meningkat.
PATHWAY :
Penimbunan
lemak (lipid) dan jaringan abrous pada dinding arteri koroner
↓
Penyempitan
pembuluh darah koroner
↓
Obstruksi
/ hambatan aliran darah miokard
↓
Iskemia
(berkurangnya kadar O2)
↓
Mengubah
metabolisme aerobik menjadi an-aerobik
↓
Tertimbun
asam laktat
↓
pH
sel menurun
↓
Muncul
efek hipoxia
↓
Mengganggu
fungsi ventrikel sinistra
↓
Menurunnya
fungsi ventrikel sinistra dapat mengurangi curah jantung. Dengan berkurangnya
jumlah curah jantung sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali
jantung berdenyut)
↓
Berkurangnya
daya kontraksi dan gangguan gerak jalan / heremodinamik
↓
Tekanan
jatung kiri, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dalam paru-paru
kiri meningkat
↓
Peningkatan
ringan tekanan darah dan denyut jantung
↓
Nyeri
(Brunner
and Suddarth, KMB, Edisi 8, Volum 2, hal 779)
KOMPLIKASI
a. Infark Miokard Akut
b. Tachicardia dan fibrilasi ventikel
c. Kematian jantung secara tiba-tiba
d. Menurunnya nadi perifer
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a.
Elektrokardiogram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat
pada waktu istirahat dan bukan pada waktu serangan angina seringkali masih
normal.Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat
infark moikard pada masa lampau.Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran
ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina.Kadang-kadang EKG menunjukkan
perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan
angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T menjadi
negatif.
b.Foto Rontgen
Dada
Foto rontgen dada seringkali menunjukkan
bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien hipertensi dapat terlihat
jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting
dalam diagnosis angina pectoris.Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT,
atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut sedangkan pada
angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kadar kolesterol,
HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan faktor resiko
seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk
menemukan diabetes mellitus yahng juga merupakan faktor risiko bagi pasien
angina pectoris
d.
Uji Latihan
Jasmani
Karena pada
angina pectoris gambaran EKG seringkalimasih normal, maka seringkali perlu
dibuat suatu ujian jasmani.Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat
lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda
ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal
dan selama latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di
monitor.Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm
atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya.Lebih-lebih bila disamping
depresi segmen ST juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka
kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang
tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara
Master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG
sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
e.
Thallium
Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan
ini dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas
dan spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada
puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah
latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal.
Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita
iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat.
Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung dan untuk meningkatkan suplai oksigen.Secara medis tujuan ini
dicapai melalui terapi farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara
bedah tujuan ini dapat dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung
melalui bedah pintas arteri koroner atau angiosplasti koroner transluminar
perkutan (PCTA = percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya
diterapkan kombinasi antara terapi medisdan pembedahan.
Tiga teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit
arteri koroner mencakup penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran
darah, penggunaan laser untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner
perkutan untuk mengangkat obstruksi.Penelitian yang bertujuan untuk
membandingkan hasil akhir yang dicapai oleh salah satu atau seluruh teknik di
atas, melalui bedah pintas koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan
terus dikembangkan untuk mengurangi gejala dan kemunduran proses angina yang
diderita pasien.
KONSEP ASKEP
PENGKAJIAN
1)
Identitas
2)
Keluhan
utama : Keluhan yang paling dirasakan oleh
pasien saat pengkajian, alasan utama masuk rumah sakit.
3)
Riwayat
kesehatan sekarang
: Keadaan dan
keluha pasien saat timbulnya serangan, waktu dan frekuensi timbulnya serangan,
tindakan yang telah dilakukan untuk mengurangi gejala.
4)
Riwayat
kesehatan masa lalu
: Riwayat
penyakit yang pernah diderita oleh pasien, terutama yang berkaitan dengan
penyakit saat ini.
5)
Riwayat
kesehatan keluarga
: Riwayat
penyakit keluarga yang pernah diderita yang berhubungan dengan penyakit pasien
saat ini, mengkaji hubungan penyakit secara herediter. Kaji factor risiko
penyakit jantung, seperti berikut ini.:
a)
Riwayat
penyakit klien seperti diabetes, hipertensi, penyakit vascular, animea dan
lain-lain.
b)
Obat-obatan
: toleransi terhadap obat-obatan dan terapi yang didapat saat timbul serangan.
c)
Riwayat
gangguan saluran pencernaan seperti dyspepsia, astritis, peptic uler, dan
penyakit lain yang menimbulkan keluhan nyeri epigastrium.
d)
Riwayat
kesehatan keluarga : riwayat penyakit jantung dan pembuluh dara (arteri
koroner) dalam keluarga merupakan factor risiko bagi klien.
6) Riwayat psikososial
a) Mengkaji dampak penyakit pasien saat
ini terhadap keadaan psikologis pasien dan kehidupan sosialnya.
b) Aktivitas/
istirahat à
Gejala :
kelelahan, perasaan tidak berdaya setelah latihan.terbangun bila nyeri dadaà
Tanda :
dispnea saat kerja
c) Sirkulasià
Gejala :
riwayat penyakit jantung, hipertensi, kegemukanà Tanda : takikardia, disritmia.kulit/
membran mukosa lembab, dingin, adanya vasokonstriksi
d) Makanan/ cairanà Gejala : mual, nyeri ulu hati/
epigastrium saat makan. Diet tinggi kolesterol/lemak,kafein, minuman kerasà
Tanda :
distensi gaster
e) Integritas
egoà Gejala : stresor kerja, keluargaà
Tanda :
ketakutan, mudah marah
f) Nyeri/kenyamananà
Gejala :
nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher, bahu dan
ekstremitas atas kiri.
Kualitas
ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar. Durasi : biasanya kurang dari 15
menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit (rata-rata 3 menit)
à Tanda : wajah berkerut, gelisah.
Respons otomatis, contoh takikardi, perubahan tekanan darah.
g) Pernapasanà
Gejala :
dispnea saat kerja, riwayat merokokà Tanda : meningkat pada frekuensi /
irama dan gangguan kedalaman.
h) Penyuluhan/
pembelajaranà Gejala : riwayat keluarga sakit jantung, hipertensi,
stroke. Penggunaan/ kesalahan penggunaan
obat jantung, hipertensi atau obat yang dijual bebas.
7) Kesan umumà
Kaji kondisi
pasien secara umum.Secara tidak langsung menentukan tingkat ketergantuang pasien.
8)
Tanda-tanda
vital
a)
Tekanan
darah
b)
Denyut nadi
c)
Pernapasan
d)
Suhu
e)
Tinggi badan
f)
Berat badan
9) Pemeriksaan
fisik
a)
Kepala dan
leherà Wajah : mungkin didapatkan pucat, grimace yang
menandakan pasien dalam
ketakutan/kecemasan
b) Pemeriksaan integumen / kulit dan
kuku à Kulit
: kaji tanda adanya sianosisà Kuku : kaji
keadekuatan perfusi dengan crt
c)
Pemeriksaan
payudara dan ketiak (bila diperlukan)
d)
Pemeriksaan
thorax / dada àInspeksi:
bentuk thorax dan pernapasan
e)
Jantung :
Inspeksi : letak iktus kordis
Palpasi : letak
iktus kordis, adakah getaran
Perkusi : letak
jantung
Auscultasi : suara jantung,
apakah normal apa tidak
f) Pemeriksaan
abdomen :Bising usus
g) Pemeriksaan
kelamin dan daerah sekitarnya (bila diperlukan) :
h) Pemeriksaan
muskuloskeletal
i) Pemeriksaan
neurologi :Kesadaran, gcs
j) Pemeriksaan status mental :
10) Pemeriksaan penunjang medis :
a) Ekg
b) Cardiac isoenzymeà Normal (ldh/lactat dehydrogenase,
cpk/creatinin phospokinase, ck-mb/creatinin kinase-myocard balance, sgot/serum
glutamic oxaloacetik transaminase)
c)
Faal lemak:
Ldl / hdl, trigliserida
d)
Tiroid serum
e)
Darah
lengkap
f)
Thorax
rongent
g)
Echocardiogram
h)
Kateterisasi
jantung
i)
Cardio
scaning
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
berhubungan dengan iskemik miokardium.
2. Penurunan
curah jantung berhubungan dgn perubahan inotropic (iskemia miokard
transien/memanjang)
3. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot jantung, berkurangnya curah
jantung.
4. Ansietas
berhubungan dengan respon patofisiologis dan ancaman terhadap status kesehatan.
5. Kurang
pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kodisi, kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
RENCANA KEPERAWATAN
1.
Nyeri Akut Berhubungan Dengan Iskemik Miokardium
|
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/ teratasi
Kriteria
hasil :Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien
melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Anjurkan
pasien untuk memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada.
|
Nyeri dan
penurunan curah jantung dpat merangsang sistem saraf simpatis untuk
mengeluarkan sejumlah besar nor epineprin, yang meningkatkan agregasi
trombosit dan mengeluarkan trombokxane A2.Nyeri tidak bisa ditahan
menyebabkan respon vasovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung.
|
Identifikasi
terjadinya faktor pencetus, bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan
lokasi nyeri.
|
Membantu
membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi
angina tidak stabil (angina stabil biasanya berakhir 3 sampai 5 menit
sementara angina tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45
menit.
|
Evaluasi
laporan nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan (khusunya pada
sisi kiri.
|
Nyeri
jantung dapat menyebar contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi
oleh tingkat saraf spinal yang sama.
|
Letakkan
pasien pada istirahat total selama episode angina.
|
Menurunka
kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan resiko cidera jaringan atau
nekrosis.
|
Tinggikan
kepala tempat tidur bila pasien napas pendek
|
Memudahkan
pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang
|
Pantau
kecepatan atau irama jantung
|
Pasien
angina tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup
secara akut, yang terjadi pada respon terhadap iskemia dan atau stress
|
Panatau
tanda vital tiap 5 menit selama serangan angina
|
TD dapat
meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun
bila curah jantung dipengaruhi.
|
Pertahankan
tenang , lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu
|
Stres
mental atau emosi meningkatkan kerja miokard
|
Berikan
makanan lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan
|
Menurunkan
kerja miokard sehubungan dengan kerja pencernaan, manurunkan risiko serangan
angina
|
Kolaborasi:
Berikan
antiangina sesuai indikasi: nitrogliserin: sublingual
|
Nitrigliserin
mempunyai standar untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina selam lebih dari
100 tahun
|
2. Penurunan
Curah Jantung Berhubungan Dgn Perubahan Inotropik (Iskemia Miokard
Transien/Memanjang)
|
|
Tujuan: Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah jantung.
Kriteria
hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina
dan disritmia menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi
pada perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Pantau
tanda vital, contoh frekuensi jantung, tekanan darah.
|
Takikardi
dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung.
Perubahan juga terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon
jantung
|
Evaluasi
status mental, catat terjadinya bingung, disorientasi.
|
Menurunkan
perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensorium.
|
Catat
warna kulit dan adanya kualitas nadi
|
Sirkulasi perifer
menurun bila curah jantung turun, membuat kulit pucat dan warna abu-abu
(tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi perifer
|
Mempertahankan
tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut
|
Menurunkan
konsumsi oksigen atau kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko
dekompensasi
|
Berikan
periode istirahat adekuat. Bantu dalam atau melakukan aktivitas perawatan
diri, sesuai indikasi
|
Penghematan
energy, menurunkan kerja jantung.
|
Pantau dan
catat efek atau kerugian respon obat, catat TD, frekuaensi jantung dan irama
(khususnya bila memberikan kombinasi antagonis kalsium, betabloker, dan
nitras)
|
Efek yang
diinginkan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan
stress ventricular. Obat dengan kandungan inotropik negative dapat menurunkan
perfusi terhadap iskemik miokardium. Kombinasi nitras dan penyekat beta dapat
memberi efek terkumpul pada curah jantung.
|
Kaji
tanda-tanda dan gejala-gejala GJK
|
Angina
hanya gejalab patologis yang disebabkan oleh iskemia miokard.penyakit yang
emepengaruhi fungsi jantung emnjadi dekompensasi.
|
Kolaborasi
:
Berikan
obat sesuai indikasi : penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem);
nifedipin (procardia); verapamil(calan).
|
Meskipun
berbeda pada bentuk kerjanya, penyekat saluran kalsium berperan penting dalam
mencegah dan menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan
menurunkan tahanan vaskuler, sehingga menurunkan TD dan kerja jantung.
|
Penyakit
beta, contoh atenolol (tenormin); nadolol (corgard); propanolol (inderal);
esmolal (brebivbloc).
|
Obat ini
menurunkan kerja jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan TD sistolik.
|
3.Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan serangan iskemia otot jantung, berkurangnya
curah jantung.
|
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan/diperlukan.
Kriteria
hasil :Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi
aktivitas yang dapat diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda
intoleransi fisiologis.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
respons klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20
kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata
selama/sesudah aktivitas; dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan
yang berlebihan; diaphoresis; pusing atau pingsan.
|
Menyebutkan
parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas
dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktivitas.
|
Instruksikan
pasien tentang teknik penghematan energi.
|
Teknik
menghemat energi mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
|
Berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
|
Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan
bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
|
4.
Ansietas berhubungan dengan respon
patofisiologis dan ancaman terhadap status kesehatan.
|
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai
tingkat yang dapat diatasi.
Kriteria
hasil :Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan
cara sehat sesuai, pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan
pemecahan masalah, pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang
dapat diatasi.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan
tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress.
|
Menurunkan
cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis.
|
Tingkatkan
ekspresi perasaan dan takut,contoh menolak, depresi, dan marah.
|
Perasaan
tidak ekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran
diri.
|
Dorong
keluarga dan teman untuk menganggap pasien sebelumnya.
|
Meyakinkan
pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah.
|
Kolaborasi
: berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi
|
Mungkin
diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat strategi koping adekuat.
|
5.
Kurang Pengetahuan (Kebutuhan
Belajar) Mengenai Kodisi, Kebutuhan Pengobatan Berhubungan Dengan Kurangnya
Informasi.
|
|
Tujuan
: Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria
hasil : Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit
dan pengobatan, berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan
perubahan pola hidup.
|
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji ulang
patofisiologi kondisi. Tekankan perlyunya mencegah serangan angina.
|
Pasien
dengan angina membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat dikontrol.
Ini adalah focus manajemen terapeutik supaya menurunkan infark miokard.
|
Dorong
untuk menghindari faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina,
contoh: stress emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpajan
pada suhu lingkungan yang ekstrem
|
Dapat
menurunkan insiden /beratnya episode iskemik.
|
Kaji
pentingnya control berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan
olahraga.
|
Pengetahuan
faktor resiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan
kebutuhan.
|
Tunjukan/dorong
pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas
sederhana, hindari regangan.
|
Membiarkan
pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk
menghindari stress jantung dan tetap dibawah ambang angina.
|
Diskusikan
langkah yang diambil bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan
aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.
|
Menyiapkan
pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa
yang harus dilakukan bila terjadi serangan.
|
Kaji ulang
obat yang diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan angina.
|
Angina
adalah kondisi rumit yang sering memerlukan penggunaan banyak obat untuk
menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya
serangan.
|
Tekankan
pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual
bebas.
|
Obat yang
dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan.
|
EVALUASI
1.
Pasien bebas dari nyeri.
2.
Peningkatan curah jantung
-
EKG dan kadar enzim jantung normal
-
Bebas dari tanda dan gejala infark
miokardium akut
3.
Pasien dapat mengontrol aktivitas
yang dapat memicu serangan angina
4.
Menunjukan penurunan kecemasan
-
Memahami penyakit dan tujuan
perawatannya
-
Mematuhi semua aturan medis
-
Mengetahui kapan harus meminta
bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah
-
Menghindari tinggal sendiri saat
terjadi episode nyeri
5.
Memahami cara mencegah komplikasi
dan menunjukan tanda-tanda bebas dari komplikasi
-
Menjelaskan proses terjadinya angina
-
Menjelaskan alasan tindakan
pencegahan komplikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar