DEFINISI GASTRITIS
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan
penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu
mengakibatkan peradangan pada lambung. Secara histologis dapat dibuktikan
dengan inflamasi sel-sel radang pada daerah tersebut didasarkan pada
manifestasi klinis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat
menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari
kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak orang, gastritis bukanlah
penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan pengobatan.
Gastritis merupakan gangguan yang sering terjadi dengan
karakteristik adanya anorexia, rasa penuh, dan tidak enak pada epigastrium,
nausea, muntah.
Secara umum definisi gastritis ialah inflamasi pada dinding
lambung terutama pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan
gangguan yang paling sering ditemui diklinik karena diagnosisnya hanya
berdasarkan gejala klinis.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
LAMBUNG
Lambung adalah bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofogus melalui orifisium pilorik, terletak
dibawah diagfragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus
uteri.
Bagian dari lambung :
1.
Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol keatas
terletak sebelah kiri osteoum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2.
Korpus ventrikuli, setinggi osteoum kardium, suatu
lekukan pada bagiam bawah kurvatura minor.
3.
Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung
mempunyai otot yang tebal membentuk spingter pilorus.
4.
Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung,
terbentang dari osteoum kardiak sampai ke pilorus.
5.
Kurvutura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor,
terbentang dari sisi kiri ostoeum kardiak melalui fundus ventrikuli menuju ke
kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamnetum gastrolinealis terbentang dari
bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
6.
Oesteoum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian
abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orififum pilorik.
Lambung memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
a.
Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
b.
Getah cerna lambung yang dihasilkan :
1.
Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam
amino (albumin dan pepton).
2.
Asam garam (HCL) fungsinya, mengasamkan makanan,
sebagai antiseptik dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen
sehingga menjadi pepsin.
3.
Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen pada protein susu).
c. Lapisan
lambung : jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang
sekresi getah lambung
KLASIFIKASI GASTRITIS
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Gastritis
Akut
Disebabkan
oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
gangren atau perforasi.
Gastritis
akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a.
Gastritis Eksogen Akut
Biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar,
seperti bahan kimia, misal: lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid ,
mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
b.
Gastritis Endogen Akut
Adalah
gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.
2. Gastritis
Kronik
Inflamasi
lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter
pylory(H. Pylory). Gastritis kronik
dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis
kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan
atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi
gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada
proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan
dengan infeksi helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
ETIOLOGI GASTRITIS
Ada beberapa faktor penyebab gastritis, diantaranya:
a. Infeksi
Bakteri
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh
bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri
tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
oleh bakteri ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori
ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan
penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang
lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan
pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam
lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung
yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak
dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian
besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan
tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab
lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang
lain tidak.
b. Pemakaian
Obat Penghilang Nyeri Secara Terus Menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS)
seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung. Jika pemakaian obat–obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer.
c.
Penggunaan Alkohol Secara Berlebihan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun pada kondisi normal.
d.
Penggunaan Kokain
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dan gastritis.
e.
Stress Fisik
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma,
luka bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta
pendarahan pada lambung.
f.
Kelainan Autoimmune
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal
ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi
faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin
B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah
konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
g.
Crohn’s Disease
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan
kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini,
gejala-gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk
cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
h.
Radiasi Dan Kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan
radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena
sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam
dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
i.
Penyakit Bile Reflux
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan,
empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric
valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup
ini tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
j.
Faktor-Faktor Lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi
kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau
ginjal.
PATOFISIOLOGI
GASTRITIS
1.
Patofisiologi Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat
NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat
menimbulkan gastritis.Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti
aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat - obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer.Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus
oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering
memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam
(cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu
terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak
dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih sehingga dapat
mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun
fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis,
dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ke
dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema
lalu rusak.
2.
Patofisiologi Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat
diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis
autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan
infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang
disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylory,
faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol,
merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk
bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya
pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung
menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat
menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri
menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi
bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir
leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian
semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab
tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang
sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati
dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung.
Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga
merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan
epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa
menyebabkan hemoragi (perdarahan).Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan
tukak lambung akan terbentuk.
MANIFESTASI KLINIK GASTRITIS
1. Gastritis
Akut
Sindrom
dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan salah satu
keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan. Biasanya jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat
penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu
2. Gastritis
Kronis
Kebanyakan
pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,
anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.
KOMPLIKASI GASTRITIS
1. Gastritis
Akut
Komplikasi
yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock
hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik.
Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik
penyebab utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 %
pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis
Kronis
Perdarahan
saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi
vitamin B12.
PENATALAKSANAAN
GASTRITIS
Secara umum adalah menghilangkan faktor
utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta
Obat-obatan.
Secara
spesifik, penatalaksanaan gastritis dibedakan sebagai berikut :
1.
Gastritis Akut :
·
Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
·
Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan
IV.
·
Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa
dengan hemoragie yang terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
·
Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat
gangren atau perforasi.
·
Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau
alkali, encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum
·
Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat,
gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
·
Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung
karena bahaya perforasi.
2.
Gastritis Kronis :
·
Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
·
H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis;
tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan
darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa
apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes
darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat
perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas
urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan
prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pyloridalam lambung
menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat
diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan
feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat
bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
4. Endoskopi
saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya
ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari
sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan
bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan
mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian
akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih
20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes
ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang
lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
5. Rontgen
saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya
tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta
menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan
melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
6. Analisis
Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi
asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung.
Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi
lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output)
tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah
besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
7. Analisis
stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur
pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat
yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk
mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak
PENGKAJIAN
Data Objektif
1.
Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
2.
Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan
tentang tanda dan gejala pada pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri ulu
hati, tidak dapat makan, mual, muntah?
3.
Riwayat penyakit sekarang
Kaji apakah gejala terjadi pada waktu kapan saja,
sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas atau pengiritasi,
atau setelah mencerna obat tertentu atau alkohol?
4.
Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah gejala berhubungan dengan ansietas,
stress, alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Kaji
adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung?
5.
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga yang mengkonsumsi alkohol,
mengidap gastritis, kelebihan diet atau diet sembarang.
Riwayat diet ditambah jenis diet yang baru dimakan
selama 72 jam, akan membantu
Data
Subjektif
1. Aktivitas /
Istirahat
a. Gejala :
kelemahan, kelelahan
b. Tanda :
takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
a. Gejala :
hipotensi (termasuk postural),
b. Tanda :
·
Takikardia,
·
Disritmia (hipovolemia / hipoksemia),
·
Kelemahan / nadi perifer lemah, pengisian kapiler
lambar / perlahan (vasokonstriksi),
·
Warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah)
·
Kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas
ego
a. Gejala :
faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.
b. Tanda :
tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit,
gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
a. Gejala :
riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis
(GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster,
gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi /
karakteristik feses.
b. Tanda :
·
Nyeri tekan abdomen, distensi
·
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan,
hipoaktif setelah perdarahan.
·
Karakteristik feses : diare, darah warna gelap,
kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea).
·
Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan
antasida).
·
Haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan /
Cairan
a. Gejala :
·
Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
·
Masalah menelan : cegukan
·
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
b. Tanda :
·
Muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan
atau tanpa bekuan darah.
·
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa,
·
Turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
6. Neurosensi
a. Gejala :
rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
b. Status
mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri /
Kenyamanan
a. Gejala :
·
Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa
terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi.
·
Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah
makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).
·
Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus
gaster).
·
Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke
punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan
hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
·
Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
b. Faktor
pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat,
reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
c. Tanda :
wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
8. Keamanan
a. Gejala :
alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
b. Tanda :
peningkatan suhu, Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /
hipertensi portal)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan klien
mengeluh tidak mau makan
2.
Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake
cairan yang tidak adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
3.
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
yang ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan nyeri
4.
Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi
pelaksanaan diet dan faktor pencetus iritan pada mukosa lambung
5.
Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai
dengan klien tampak gelisah
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
yang ditandai dengan klien mengeluh nyeri dan terlihat meringis menahan nyeri
Tujuan
: Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi
:
1. Catat
keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya.
R/ Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya.
2. Kaji ulang
faktor yang meningkatkan atau yang menurunkan nyeri.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
R/ Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3. Berikan
makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
R/ Makanan mempunyai efek penetralisis asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
4. Identifikasi
dan batasi makanan yang dapat menimbulkan iritasi lambung.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri meningkat.
R/ Makanan tersebut dapat meningkatkan iritasi lambung sehingga nyeri meningkat.
5. Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi, mis: analgesik dan antasida.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.
R/ Analgesik dapat menghilangkan nyeri dan antasida dapat menurunkan keasaman gaster dengan absorpsi atau netralisis zat kimia.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrien yang tidak adekuat yang ditandai dengan klien
mengeluh tidak mau makan
Tujuan : Menghindari
makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung kafein dan alkohol.
Intervensi :
1.
Catat masukan nutrisi.
R/ Mengidentifikasi kebutuhan diet.
2.
Berikan perawatan oral teratur.
R/ Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan
berbau.
3.
Auskultasi bunyi usus dan catat pasase flatus.
R/ Peristaltik kembali normal menunjukkan kesiapan
untuk memulai makanan yang lain.
4.
Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan
saat berikutnya.
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan
diet atau penentuan kebutuhan nutrisi.
5.
Kolaborasi pemberian protein sesuai indikasi.
R/ Protein tambahan dapat membantu perbaikan dan
penyembuhan.
3.
Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan intake
cairan yang tidak adekuat dan kehilangan cairan yang berlebihan karena muntah
Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat
dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
Intervensi :
1.
Awasi masukan dan haluaran, karakter dan frekuensi
muntah.
R/ Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan.
2.
Kaji tanda-tanda vital.
R/ Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau
dehidrasi.
3.
Ukur berat badan tiap hari.
R/ Indikator cairan status nutrisi.
4.
Kolaborasi pemberian antiemetik pada keadaan akut.
R/ Mengontrol mual dan muntah pada keadaan akut.
4.
Kurang pengetahuan b.d ketidakadekuatan informasi
pelaksanaan diet dan faktor pencetus iritan pada mukosa lambung
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam pasien mampu
melaksanakan apa yang telah diinformasikan.
Intervensi :
1.
Kaji kemampuan pasien untuk mengikuti pembelajaran
(tingkat kecemasan,kelemahan umun,pengetahuan pasien sebelumnya,dan suasana
yang tepat)
R/ Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh
kesiapan fisik,dan lingkungan yang kondusif
2.
Jelaskan tentang proses terjadinya gastritis akut
sampai menimbulkan keluhan pada pasien
R/ Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi
sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat individual.Diet diberikan dan
disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori harian,makanan yang disukai serta
pola makan
3.
Bantu pasien mengidentifikasi agen iritan
R/ Meningkatkan partisipasi pasien dalam program
pengobatan dan mencegah klien untuk kontak kembali dengan agen iritan lambung.
4.
Hindari dan beri daftar agen-agen iritan yang menjadi
predisposisi timbulnya keluhan
R/Pasien diberi daftar agen-agen iritan untuk
dihindari (misal:kafein,nikotin,bumbu pedas,pengiritasi atau makanan sangat
merangsang,dan alkohol
5.
Tekankan pentingnya mempertahankan intake nutrisi yang
mengandung protein dan kalori yang tinggi,serta intake cairan yang cukup setiap
hari
R/ Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi
peningkatan kebutuhan metabolik tubuh.Pendidikan kesehatan tentang hal tersebut
meningkatan kemandirian pasien dalam perawatan penyakitnya.
5.
Ansietas berhubungan dengan pengobatan yang ditandai
dengan klien tampak gelisah
Tujuan : Ansietas
teratasi/berkurang.
Intervensi :
1.
Catat petunjuk perilaku, mis: gelisah, peka rangsang.
R/ Indikator derajat ansietas.
2.
Motivasi menyatakan pernyataan, berikan umpan balik.
R/ Membuat hubungan terapeutik, membantu pasien/orang
terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stress.
3.
Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang
dipersepsikan orang lain.
R/ Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu
menurunkan stress.
4.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku koping
yang digunakan pada masa lalu.
R/ Perilaku yang berhasil dapat diikutkan pada
penerimaan masalah saat ini, meningkatkan rasa kontrol dingin pasien.
5.
Bantu pasien belajar mekanisme koping yang efektif.
R/ Belajar cara memecahkan masalah dapat membantu
dalam menurunkan stress dan ansietas.
EVALUASI
1.
Nyeri epigastrium berkurang atau teradaptasi
2.
Asupan nutrisi terpenuhi
3.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi
4.
Informasi terpenuhi
5. Tingkat
kecemasan berkurang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar